-->

Blog Pondok Pesantren Seluruh Indonesia

PONDOK PESANTREN ALMANAR

PONDOK PESANTREN ALMANAR

https://almanar.ponpes.id/sejarah-pesantren/
Dari sebuah Gampong di pinggiran Kota Banda Aceh, berdirilah sebuah lembaga pendidikan yang memberikan kontribusi nyata bagi umat, sebuah Lembaga Pendidikan Agama Islam dengan sistem boarding school atau dikenal dengan sistem pendidikan berasrama. Lembaga Pendidikan tersebut bernama Pesantren Modern Al Manar. Berada Gampong Lampermei, Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Pesantren ini didirikan atas prakarsa H. Azhar Manyak atau yang lebih dikenal Abu Manyak, seorang wirausaha kelahiran Aceh Besar yang sukses di dunia usaha sejak tahun tujuh puluhan.

Lembaga ini dibangun pada tahun 2000 atas dasar keprihatinan beliau terhadap anak anak yatim piatu korban konflik. Pada tahun 1999 dengan niat yang tulus beliau berkomunikasi dengan Prof. Dr. Safwan Idris, MA yang pada saat itu beliau masih menjabat sebagai Rektor IAIN Ar- Raniry untuk mengutarakan niatnya membangun sebuah lembaga pendidikan yang santrinya terdiri dari anak-anak yatim. Melalui kumunikasi ini, beliau ingin mendirikan sebuah Panti Asuhan di Aceh Besar. Atas saran Prof. Dr. Safwan Idris, MA pada waktu itu, agar lembaga pendidikan yang akan didirikan kelak dikelola oleh alumni Pondok Modern Gontor yang dianggap sudah berpengalaman dalam membina anak-anak dalam sistem beasrama. Sehingga dalam hal ini Abu Manyak diminta untuk berkomunikasi dengan Alumni Gontor yaitu Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin selaku ketua Ikatan Alumni Pesantren Modern (IKPM) Gontor dan Tgk. Syarifuddin selaku sekretaris IKPM mengenai kesanggupan mereka dalam membina lembaga pendidikan ini di kemudian hari. Ust. Fakhrudin akhirnya meminta waktu kepada Abu Manyak agar niat baik beliau untuk dimusyawarahkan dengan beberapa anggota IKPM lainnya.

Setelah bermusyawarah dengan teman-teman alumni Gontor lainnya, serta melihat keseriusan dan pengorbanan Abu Manyak yang begitu besar maka Tgk. H. Fakhruddin mengatakan di hadapan teman-teman IKPM bahwa alangkah naifnya jika seseorang diberikan kelebihan ilmu walaupun sedikit tidak digunakan untuk membantu kemashlahatan umat, terutama membantu kelangsungan pendidikan anak-anak yatim. Maka pada waktu itu (2000) teman-teman alumni Gontor tergugah hatinya dan menyanggupi untuk ikut serta dalam membina pesantren ini. Maka pada tahun 2001 bulan Juli resmilah lembaga pendidikan ini dimulai. Lembaga ini bernama Pesantren Modern Al Manar.

Al Manar sendiri berasal dari kata Arab nawwara-yunawwiru yang atinya cahaya atau nur sedang manaara yang berarti tugu yang memancarkan cahaya, dengan penafsirannya bahwa Pesantren ini nantinya diharapkan dapat memancarkan cahaya bagi umat ini dalam melahirkan generasi Islam di Aceh khususnya dan di Indonesia serta ke seluruh penjuru dunia. Kata-kata Al Manar juga diilhami dari tugu yang berdiri sebelum Pesantren dibangun yang dahulunya dinamakan Tugu Bungong Jeumpa. Dan nama tugu tersebut akhirnya menjadi nama Yayasan yang didirikan oleh Abu Manyak yaitu Yayasan Bungong Jeumpa.


Pada awalnya (2001) Pesantren Modern Al-Manar hanya menerima santri putra yang berjumlah 71 santri. Sedangkan santri putri baru diterima pada tahun pelajaran 2009/2010. Pesantren Modern Al-Manar menerima santri putri perdana atas permintaan wali santri dan masyarakat sekitar.
Dan pada tahun ke empat belas ini jumlah santri mencapai 450 santri (terdiri dari 238 Santri Putra dan 152 Santri Putri) yang terdiri dari 89 santri yatim dan yatim piatu, sedangkan 361 santri lainnya adalah santri umum dengan biaya mandiri.
Pesantren Modern Al-Manar yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Islam dan Penyantunan Anak Yatim “Bungong Jeumpa” adalah sebuah lembaga pendidikan Islam swasta dengan motto berdiri di atas dan untuk semua golongan, tidak berpihak pada golongan, aliran dan partai manapun. Pesantren Modern ini bertujuan memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan sumber daya manusia dan menciptakan insan kamil yang memiliki kecerdasan intelektual dan spiritual demi pembangunan agama, bangsa dan negara. Pesantren Modern ini adalah lembaga pendidikan formal terpadu dimana santrinya bermukim di asrama.

TEMPAT DAN WAKTU PENDIRIAN
Tahun 2001 resmilah Pesantren Modern Al-Manar berdiri di Desa Lam Permei Cot Irie Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Lembaga Pesantren yang bersistem asrama ini bernaung di bawah Yayasan Bungong Jempa di atas tanah seluas 4,2 hektar dengan Akte Notaris No. 30 tanggal 11 Oktober 2000, dan dipimpin Oleh Tgk. H. Fakhruddin sebagai Pimpinan Umum serta Tgk. Syarifuddin sebagai pimpinan Operasional. Pada awalnya Pesantren Modern Al Manar memiliki empat bagian pokok: 1) Bagian Pengasuhan Santri dijabat oleh Ust. Jamhuri dan Ust. Ikhram, 2). Bagian Pengajaran dijabat oleh Ust. M. Syafrizal dan Ust. Edi Azhar. 3). Bagian Keuangan dijabat Ust. Fadhil Ahmadi , 5.) Bagian Pengerak Bahasa dijabat oleh Ust. Muthi’illah dan 4.) Bagian Kemakmuran Mesjid dijabat Ust. Muliadi Kurdi, serta Penggung Jawab Dapur adalah Syamsuddin Gano. Pesantren Modern Al Manar diresmikan pada tanggal 23 Juli 2001 oleh Drs. Sayuti IS, MM yang pada waktu itu menjabat sebagai Bupati Aceh Besar.

KONDISI LINGKUNGAN SOSIAL PESANTREN
Pesantren Modern Al-Manar yang berdiri pada tahun 2001 ini terletak   di kawasan yang sangat strategis, termasuk wilayah kota Madya Banda Aceh walaupun secara tata pemerintahan berada di wilayah Aceh Besar. Namun kedekatan pesantren ini dengan lembaga-lembaga pendidikan lain dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi membuat Pesantren Modern Al-Manar semakin dikenal oleh berbagai kalangan. Dan lebih dari itu para alumninya sebahagian besar mahasiswa UIN Ar-Raniry dan juga Universitas Syiah Kuala, , beberapa perguruan tinggi lainnya di wilayah ibu kota Provinsi Aceh dan juga diluar negeri seperti, Mesir, Tunisia, Oman dan Malaysia.
Masyarakat sekitar pesantren rata-rata mendukung keberadaan pesantren ini, karena dalam acara dan kegiatan keagamaan mereka selalu mengundang para santri untuk ikut serta berpartisipasi dalam meramaikan dan mengisi acara, terlebih lagi pada bulan-bulan tertentu, seperti halnya Ramadhan dan Maulid Nabi.Pesantren Modern Al-Manar berada pada kawasan yang terpisah dari perkampungan penduduk dan saat ini sudah mulai berkembang pesat. walaupun saat ini perkembangan secara fisik dan bangunan cenderung melamban akan tetapi jumlah keseluruhan santri yang ada pada pesantren ini berkisar antara 300-400 santri setiap tahunnya.

DASAR PEMIKIRAN
Latar belakang pemikiran pendirian Pesantren Modern Al-Manâr secara umum dapat digambarkan sebagaimana berikut :
  1. Sejarah telah mencatat bahwa Aceh sejak berdirinya kerajaan Aceh dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan, pendidikan dan pemikiran keagamaan yang telah memberi pengaruh bukan hanya bagi masyarakat Nusantara melainkan bagi masyarakat mancanegara.
  2. Usaha umat Islam dewasa ini dalam menghadapi tantangan pendidikan agama, tantangan modernitas, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di daerah Aceh belum mencapai sasaran optimal.
  3. Kader-kader muslim yang memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual, yang memiliki ketangguhan ilmu dan iman semakin langka di bumi Nanggroe Aceh Darussalam ini.
  4. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang komunikasi dan globalisasi, telah menggeser tatanan norma-norma sosial dan nilai-nilai kebudayaan Islam serta akhlak remaja muslim, khususnya di Provinsi Aceh.

MAKSUD DAN TUJUAN PENDIRIAN
Maksud dan tujuan pendirian Pesantren Modern Al-Manar adalah :
1. Membentuk manusia beriman, berilmu dan bertakwa kepada Allah SWT serta menghayati dan mengamalkannya sesuai dengan tuntunan al-Qur’ân dan al-Sunnah.
2. Membentuk kader muslim yang memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual, memiliki ketangguhan ilmu dan iman, dan bertanggung jawab terhadap pembangunan masyarakat madani, agama, bangsa dan negara.
3. Membangun sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan agama Islam dan ilmu pengetahuan umum, memiliki ketrampilan memadai, memahami dan menghayati ajaran al-Qur’ân dan al-Sunnah.
SASARAN DAN TARGET PENDIDIKAN
Pesantren Modern Al-Manâr bertekad agar para santri setelah menyelesaikan pendidikan mencapai sasaran dan target sebagaimana berikut :
1. Mempersiapkan individu-individu yang unggul dan berkualitas menuju terbentuknya khaira ummah.
2. Menciptakan dan mempersiapakan sumber daya insani yang menguasai ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang, menguasai Bahasa Arab sebagai bahasa agama dan bahasa Inggris sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Memiliki ketrampilan komputer, agribisnis, arsitektur Islam dan komputer sesuai dengan perkembangan modernitas.
4. Bagi santri yang berprestasi dan memiliki kemampuan, diharapkan dapat melanjutkan studinya ke perguruan tinggi ilmu agama atau umum, baik di dalam maupun di luar negeri.

KURIKULUM DAN SISTEM PENDIDIKAN
Pesantren Modern Al-Manâr menganut sistem pendidikan terpadu antara kurikulum Nasional Depag RI/Depdiknas, kurikulum dayah tradisional Aceh dan kurikulum Gontor, dengan prinsip kontinuitas dan profesionalitas seiring dengan kurikulum yang berkembang. Jenjang pendidikannya terdiri dari tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, di mana santri dapat mengikuti UAN MTs pada tahun ketiga dan UAN MA pada tahun keenam.
Selain pendidikan kurikuler di atas, pesantren modern Al-Manâr juga menerapkan pendidikan ekstrakurikuler dengan tujuan untuk memberikan bekal ketrampilan bagi santri, antara lain; latihan pidato 3 bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia), tahfidh al-Qur’ân dan latihan seni baca al-Qur’ân, pengajian kitab kuning, kepanduan atau pramuka, ketrampilan operasi komputer, olah raga (bola kaki, bola voli, basket, tenis meja, sepak takraw), seni bela diri dan seni rapai Aceh, latihan berorganisasi, aneka perlombaan (cerdas cermat, lomba pidato, lomba baca kitab kuning, pertandingan olah raga), ketrampilan furniture, arsitektur dan perkayuan, ketrampilan koperasi, agribisnis dan pertanian.

TENAGA KEPENDIDIKAN
Untuk mendukung suksesnya proses pembelajaran, Pesantren Modern Al-Manâr dikelola langsung oleh Alumni Pondok Modern Gontor, di mana tenaga pendidikannya terdiri dari; asatidz alumni Gontor; asatidz alumni Pondok Alumni Al-Manar, asatidz alumni IAIN Ar-Raniry, asatidz alumni FKIP Unsyiah, ustadz alumni FKIP UGM Yogyakarta dan asatidz alumni Pesantren Salafiyah Aceh, seperti Dayah Darussalam Labuhan Haji dan Budi Lamno.
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan kualitas tenaga kependidikan di Pesantren Modern Al-Manar, manejemen pendidikan pesantren senantiasa mengutus para gurunya untuk mengikuti diklat, kursus dan seminar yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh NGO yang senantiasa memberikan kepedulian pada lembaga pendidikan. Di samping itu pula, menejemen pesantren juga menyelenggarakan pembekalan, diklat metodologi pembelajaran dan bimbingan kurikulum setiap tahunnya.

FASILITAS PESANTREN MODERN AL-MANAR
Fasilitas yang dmiliki leh pesantren :
1. Mesjid Jami’ Al-Manar berkapasitas 1500 jamaah seluas 480 M2, sebagai pusat ibadah sekaligus sentral pembinaan mental spiritual santri.
2. 11 Ruang Kelas Belajar (RKB) ukuran @ 8×9 m sekaligus digunakan untuk tempat kegiatan ekstrakurikuler dan masih membutuhkan 5 RKB lagi, karena jumlah kelas semua ada 16 kelas, dan selama ini kelas yang digunakan balai pengajian dan gedung bantuan China yang sudah tidak layak pakai.
3. 1 Ruang Organisasi, ruang kerja dan musywarah pengurus organisasi santri.
4. 4 unit asrama berkapasitas 400 santri putra.
5. 1 unit asrama 3 lantai berkapasitas 200 santri putri dan 1 Unit Asrama Putri 1 lantai.
6. 1 Unit Balai Pengajian.
7. 1 Unit Dapur Umum (Semi Permanen) untuk santri putra dan Putri.
8. 1 unit kantor pesantren dan sekaligus kantor Madrasah Aliyah dan Tsanawiyah.
9. 4 unit rumah guru sekaligus rumah pimpinan yang sangat sederhana.
10. 3 unit kamar mandi dan 40 WC untuk santri putra.
11. 3 unit kamar mandi dan 15 WC untuk santri putri.
12. Fasilitas Olaharaga :
1 Lapangan Bola Kaki
1 lapangan basket
1 lapangan futsal sederhana
1 unit lapangan Volly
13. Fasilitas Pendukung :
1 unit sumur Bor
1 Unit Genset Pembangkit Listrik
1 unit koperasi pelajar
14. 1 Mobil Mini Bus bantuan pinjaman lunak BMM dan IDB

MODEL KEGIATAN EKONOMI PRODUKTIF
Kebutuhan sehari-hari para santri dan penguru pada umumnya hanya di falitasi dengan adanya koperasi yang sangat sederhana dan kurang memadai. Serta beberapa kolam ikan lele yang dicoba untuk di rintis bersama Islamic Relief, begitu juga perkebunan sayur mayur mengingat lahan yang masih luas.

PROGRAM UNGGULAN
Adapun program unggulan yang telah berjalan diantaranya :
a. Program kaderisasi pengurus dan pemimpin ummat dengan selalu meningkatkan kualitas para alumni dari sisi spiritualitas dan intelektualitas. Maka dari tu di pesantren ini ada beberapa alumni ataupun santri yang baru tamat diamanati untuk menjadi pengurus dan guru serta ikut serta membantu mengelola pesantren ini.
b. Tahfidzul Qur’an, dengan membentuk program hafalan secara terbimbing dan terencana dan ditangani oleh ahli dalam bidangnya. Dengan demikian para santri yang telah hafal Al-Qur’an akan memliki pijakan yang kuat untuk menempuh studi kelanjutan pada jenjang yang lebih tinggi.
c. Program pemantapan bahasa asing, yaitu dengan disiplin ketat dalam berbahasa arab dan inggris agara para santri dapat memahami pelajaran yang disampaikan dengan dua bahasa tersebut dab juga menjadi bekal untuk melanjutkan studi karena kedua bahasa tersebut merupakan bahasa interaksi Internasional. Dengan demikian ilmu pengetahuan keislamana yang berbahasa Arab dapat dimiliki sepenuhnya namun ilmu peengetahuan dan teknologi yang berbahsa inggris pun dikuasai.

SUMBER DANA
Sebuah lembaga yang besar tidak terlepas dari dana dan pembiayaan yang professional. Begitu juga dengan sistem Pesantren yang santrinya wajib berdomisili di Pesantren dan dikawal secara berdisiplin selama 24 jam setiap harinya, maka hal ini membutuhkan dana dan biaya, karena santri selain tidur, juga makan di pesantren selama tiga kali dalam sehari semalam. Dana dalam pengelolaan Pesantren Modern Al Manar antara lain berasal dari:
a. Yayasan Bungong Jempa.
Setiap anak yatim fakir dan telah dinyatakan lulus oleh Pesantren, maka semua biaya mulai dari Pembangunan, makan, tempat tidur serta SPP ditanggung penuh oleh Yayasan Bungoeng Jempa, dalam hal ini H. Azhar Manyak.
b. Wali Santri
Santri umum selain anak yatim, maka menjadi tanggungan walinya untuk membayar uang makan dan PP santri sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati oleh pengurus pesantren. Sedangkan beberapa fasilitas lainnya merupakan subsidi dari Yayasan Bungong Jempa seperti, ranjang dan lemari.
c. Pemerintah.
Dana selanjutnya berasal dari pemerintah, baik itu dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, dana hibah yang disalurkan oleh pemerintah melaui sekolah atau madrasah tetap dikelola dibawah pesantren, Pesantren Modern Al-Manar membawahi dua lembaga Formal yaitu MTsS Al Manar dan MAS Al Manar, keduanya mengelola dana tersebut secara professional. Seperti Dana Bantuan Operasional Sekolah yang di kenal dengan BOS atau Bantuan Operasional Madrasah (BOM) semua dikelola secara professional dan akuntabel untuk kegiatan dan kebutuhan Madrasah sesuai dengan petunjuk teknis (juknis) oleh pemerintah.
d. Koperasi Pelajar, Kantin dan Unit Usaha Pesantren Lainnya.

KEADAAN SANTRI PESANTREN MODERN AL-MANAR
Santri Pesantren Modern Al-Manar pada tahun k-14 ini berjumlah 450 santri (putra dan putri) dengan perincian; 89 santri yatim piatu, yatim fakir, piatu dan fakir yang latar belakangnya anak korban tsunami, korban konflik dan lain-lain atas biaya Yayasan Bungong Jeumpa dan bantuan para donatur, dan 361 lainnya merupakan santri umum yang dibiayai oleh orang tua mereka masing-masing dimana kemampuan finansial mereka trgolong masyarakat ekonomi lemah. semua santri bermukim di kampus Pesantren Modern Al-Manar yang diatur dengan disiplin dan nilai-nilai ukhuwah islamiyah. Mayoritas santri berasal dari Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, selainnya berasal dari Aceh Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Tengah, Aceh Tenggara dan Aceh Singkil.
Untuk menghimpun potensi para santri dibentuklah organisasi santri yang dikenal dengan OSPA ( Organisasi Santri Pesantren Al-Manar) sebagai wahana belajar memimpin, berkreasi, menggali potensi dn bakat, bermusyawarah dan membantu dewan guru dalam menjalankan tugas-tugas pesantren.

ORGANISASI SANTRI
Pesantren Modern Al Manar mengajarkan pendidikan berorganisasi kepada santrinya. Santriya kelas V atau Kelas II Aliyah diberi kepercayaan oleh Pimpinan Pesantren dan Dewan Pengasuh Pesantren untuk membantu Pimpinan dan Asatizah untuk membimbing adik-adik kelasnya dalam menjalankan disiplin dan sunnah-sunnah Pesantren. Mereka dibina oleh para asatiz sesuai dengan bagian mereka masing-masing, Di awal tahun berdirinya Pesantren Modern Al Manar, Organisasi Santri Pesantren Modern Al Manar atau disingkat dengan (OSPA) belum terbentuk, karena setiap bagian diasuh secara langsung oleh para Asatiz, baru pada tahun ketiga atau tepatnya tahun 2004 dikukuhkan dan diresmikan organisasi Pesantern Modern Al Manar Oleh Pimpinan Pesantren Tgk . Syarifuddin atas prakarsa Ust. Ikhram dan Ust M. Syafrizal yang pada saat itu mereka dipercayakan oleh Pimpinan untuk menjabat sebagai Kepala Pengasuhan dan Kepala Pengajaran Pesantren Modern Al Manar, Organisasi Santri Pesantren Modern Al Manar (OSPA) pada saat itu dipegang oleh santri kelas III Tsanawiyah, dikarenakan belum adanya santri ditingkat Aliyah.
Dalam pembinaannya OSPA berada langsung dibawah Bagian Pengasuhan Santri, sehingga setiap anggota OSPA yang melanggar disiplin dan sunnah-sunnah Pesantren langsung mendapatkan hukuman dari Bagian Pengasuhan Santri, maka secara tidak langsung semua santri Al Manar tidak ada yang kebal dari hukuman atau pembinaan bagi mereka yang melanggar Disiplin Pesantren.
Saat ini Organisasi Santri Pesantren Modern Al Manar terdiri dari 13 bagian yang terdiri dari : 1).Bagian Keamanan, 2).Bagian Penggerak Bahasa, 3).Bagian Penerangan, 3).Bagian Ta’mir Mesjis, 4).Bagian Dapur, 5).Bagian Olahraga, 6).Bagian Koperasi Pelajar, 7).Bagian Kantin, 8). BagianKesehatan, 9).Bagian Perpustakaan, 10).Bagian Diesel, 11).Bagian Kebersihan Lingkungan, 12).Bagian Kesenian. 13).Koordinator

KIPRAH ALUMNI
Pesantren Modern Al Manar telah memberi kontribusi nyata dalam pembangunan umat khususnya di Aceh dewasa ini, setelah menyelesaikan study selama enam tahun lamanya para santri tetap diperhatikan kiprahnya, bahkan Pesantren Modern Al Manar melalui pimpinan Pesantren mengangkat salah seorang ustad untuk terus berkomunikasi dan memantau perkembangan alumninya, dalam hal ini pimpinan Al Manar memberi kepercayaan kepada Ust. Ikhram, M. Amin, SS. M. Pd yang saat itu menjabat sebagai Kabag. Pengasuhan Santri untuk membimbing setiap alumninya dan melaporkan pada pimpinan setiap perkembangan alumninya.

Alumni Pesantren Al-Manar membentuk sebuah wadah bersama yaitu IFA (Ikatan Famili Al Manar), dalam hal ini tidak hanya alumni yang bergabung dengan IFA, bahkan santri yang pernah mengecap pendidikan bersama Al Manar tetap bisa bergabung dibawah naungan IFA walaupun santri tersebut hanya satu, dua atau tiga tahun menjalankan masa pendidikan di Pesantren Modern Al Manar. IFA sendiri hari ini diketuai oleh M. Amirza, merupakan salah seorang santri Perdana Pesantren Modern Al Manar. Alumni pesantren ini mulai tahun pertama hingga hari ini banyak yang telah melanjutkan pendidikannnya di dalam dan diluar negeri. Di dalam negeri ada di antara mereka yang melanjutkan pendidikan tinginya ke Unsyiah dan IAIN Ar Raniry, ada juga yang belajar hafihd atas biaya Pemkab Aceh Besar ke Solo dan Bogor, sedangkan yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri, pilihan utama mereka yaitu Negara Mesir, Tunisia, Turki, Oman, Yaman, Qatar dll.

PESANTREN MODERN AL MANAR PASCA TSUNAMI
Di kala gempa dan gelombang tsunami melanda Propinsi Aceh pada tanggal 26 Desember tahun 2004, masyarakat Aceh pada saat itu kehilangan harta benda bahkan nyawa. Aceh berduka, pesantren pun terkena imbas dari gempa, bahkan pada saat itu pesantren menghentikan kegiatan belajar mengajar secara formal selama 6 bulan, walaupun pengajaran diliburkan tetapi mayoritas santri tetap tinggal di pesantren karena sebahagian dari mereka kehilangan tempat tinggal dan keluarga. Hal inilah yang mendorong Asatiz Al Manar secara kebersamaan untuk mejaga amanah wali santri yang telah menitipkan anaknya. Allah telah mengambil kembali hal yang paling berharga dalam santri-santri dan asatiz, yaitu orang tua santri dan keluarga para asatiz yang selalu memberi motivasi anak-anak mereka untuk melanjutkan amanah Agama ini.

Gempa yang berkekuatan 8.9 skala telah membuat kubah Mesjid Jami’ Al-Maidah Al Manar roboh dan bangunan-bangunan asrama retak dan tidak dapat dihuni lagi, walaupun secara langsung Al Manar tidak terkena gelombang air tsunami, tetapi akibat gempa yang begitu dahsyat santri mulai trauma dan takut tidur di dalam asrama. Maka mulailah santri tinggal di bawah tenda-tenda bantuan Pemerintah Pusat, maupun NGO pada waktu itu. Allah tetap meberikan keyakinan dan semangat di dalam jiwa-jiwa asatiz Al Manar dalam meneruskan risalah Agama ini, dua minggu setelah Tsunami NGOpun mulai berdatangan baik dalam negeri maupun luar negeri untuk membantu rakyat Aceh pada umumnya dan juga menyalurkan bantuan pada Pesantren Modern Al- Manar pada khususnya.

Ada beberapa negara yang pernah membantu Pesantren Al Manar, diantaranya Oman , NGO An-Nida Malasyia yang memberi bantuan pendidikan hingga akhir pendidikan santri-santri korban Tsunami, Balai Baca An-Nida Malasyia dekat Kantin Pesantren Modern Al Manar. Negara Turki, Republik Rakyat China mendirikan gedung anti gempa yang sekarang digunakan untuk OSPA dan Perpustakaan Al Manar, Jepang mendirikan bangunan Asrama Putri, sedangkan dari pemerintah pusat selain sembako dan tenda juga memberi bantuan Rp. 200.000.000 untuk pendirian gedung Asrama Hamzah Al-Fansuri melalui Menteri BUMN Sugiarto pada saat itu dll.
——-sekian———







alamat :
PONDOK PESANTREN SIDOGIRI

PONDOK PESANTREN SIDOGIRI


Sidogiri dibabat oleh seorang Sayyid dari Cirebon Jawa Barat bernama Sayyid Sulaiman. Beliau adalah keturunan Rasulullah dari marga Basyaiban.
Ayahnya, Sayyid Abdurrahman, adalah seorang perantau dari negeri wali, Tarim Hadramaut Yaman. Sedangkan ibunya, Syarifah Khodijah, adalah putri Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati. Dengan demikian, dari garis ibu, Sayyid Sulaiman merupakan cucu Sunan Gunung Jati.
Sayyid Sulaiman membabat dan mendirikan pondok pesantren di Sidogiri dengan dibantu oleh Kiai Aminullah. Kiai Aminullah adalah santri sekaligus menantu Sayyid Sulaiman yang berasal dari Pulau Bawean.
Konon pembabatan Sidogiri dilakukan selama 40 hari. Saat itu Sidogiri masih berupa hutan belantara yang tak terjamah manusia dan dihuni oleh banyak makhluk halus. Sidogiri dipilih untuk dibabat dan dijadikan pondok pesantren karena diyakini tanahnya baik dan berbarakah.

Tahun Berdiri

Terdapat dua versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718 atau 1745. Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani oleh Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29 Oktober 1963.
Dalam surat lain tahun 1971 yang ditandatangani oleh KA Sa’doellah Nawawie, tertulis bahwa tahun tersebut (1971) merupakan hari ulang tahun Pondok Pesantren Sidogiri yang ke-226. Dari sini disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri berdiri pada tahun 1745. Dalam kenyataannya, versi terakhir inilah yang dijadikan patokan hari ulang tahun/ikhtibar Pondok Pesantren Sidogiri setiap akhir tahun pelajaran.

Sidogiri dalam Tahun

1352098009_biyen
  • 1158 H atau 1745 M, Mbah Sayid Sulaiman membabat tanah Sidogiri yang saat itu masih berupa hutan belantara. Beliau adalah putra pertama pasangan Sayid Abdurrahman bin Umar ba Syaiban dan Syarifah Khadijah, cucu Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Beliau memiliki garis keturunan dari Hadramaut, Yaman. Ditemani oleh seorang santrinya, Aminulloh, asal pulau Bawean, beliau mendirikan sebuah pesantren yang di kemudian hari dikenal dengan nama Pondok Pesantren Sidogiri.
  • Pertengahan abad ke-18 M, kepengasuhan dipangku oleh KH. Aminullah asal Bawean kelahiran Hadhramaut. Beliau adalah santri pertama sekaligus menantu Mbah Sayid Sulaiman .
  • Sekitar akhir abad ke-18 M, kepengasuhan dipangku Kiai Mahalli, santri KH. Aminullah asal Bawean yang juga turut membantu membabat tanah Sidogiri. Menantu KH. Aminullah ini diperkirakan wafat pada awal 1800-an dan hingga kini pasarean beliau tidak diketahui tempatnya.
  • Sekitar awal abad ke-19 M, kepengasuhan beralih kepada KH. Abu Dzarrin (menurut satu versi), santri asal Magelang yang mempunyai hubungan darah dengan Sayid Sulaiman. Terkenal alim ilmu nahwu-sharraf dan memiliki banyak karangan karya, di antaranya yang sempat terbukukan adalah kitab “Sorrof Sono”.
  • Sekitar awal s.d pertengahan abad ke-19 M, KH. Noerhasan bin Noerkhotim menjadi pengasuh. Santri asal Bangkalan itu adalah keturunan Sayid Sulaiman dari jalur Kiai Noerkhotim bin Kiai Asror bin Abdullah bin Sulaiman. Diambil mantu oleh Kiai Mahalli. Pernah berguru kepada Sayid Abu Bakar Syatha, pengarang I’ânatuth-Thâlibîn. Mulai merintis pengajian kitab-kitab besar seperti Ihya’ Ulumuddin, Shahih Bukhari, dan Shahih Muslim. Merintis kegiatan pembacaan shawalat ba’da maghrib dan peletak pertama pambangunan Surau Daerah H.
  • Sekitar pertengahan ke-19 s.d awal abad ke-20 M, KH. Bahar bin Noerhasan melanjutkan estafet kepengasuhan. Bersama adiknya KH. Nawawie, nyantri kepada Syaikhona Kholil di Bangkalan.
  • Awal abad ke-19 M, pengasuh dijabat oleh KH. Nawawie bin Noerhasan. Termasuk kiai khos yang dimintai pendapat oleh KH Hasyim Asy’ari sebelum pendirian NU. Menjadi Mustasyar NU hingga akhir hayat.
  • Awal abad ke-19 M, KH. Abd. Adzim bin Oerip, menantu tertua KH Nawawie menjadi pangasuh.
  • Awal abad ke-19 s.d 1947 M, KH. Abd. Djalil bin Fadhil, menantu kedua KH Nawawie menjadi pangasuh hingga wafat di tangan penjajah Belanda.antarafoto-1313129417-
  • 14 Shafar 1357 H atau 15 April 1938 M, KH. Abd. Djalil mendirikan madrasah yang diberi nama Madrasah Miftahul Ulum (MMU). Sejak saat itu PPS mulai memakai dua sistem pendidikan, sistem pengajian ma’hadiyah dan sistem madrasiyah (klasikal).
  • 1936 M, gedung MMU pertama kali dibangun dalam tempo dua tahun. Saat ini dialihfungsikan menjadi gedung perpustakaan.
  • 1947 M, KH. Abd Djalil wafat pada, kemudian PPS diasuh oleh KH. Cholil Nawawie. Pada saat itulah, dibentuk suatu wadah permusyawaratan yang diberi nama Pancawarga. Anggotanya adalah lima putra KH. Nawawie bin Noerhasan, yaitu: KH. Noerhasan (w. 1967), KH. Cholil (w. 1978), KH. Siradjul-Millah Waddin (w. 1988), KA. Sa’doellah (w. 1972) dan KH. Hasani (w. 2001).
  • 1952 M, MMU mulai mengeluarkan ijazah pertama kali (Tingkat Ibtidaiyah) dan 1962 M (Tsanawiyah).
  • Dzul Hijjah 1376 H atau Juli 1957 M, MMU Tsanawiyah didirikan sebagai jenjang pendidikan kedua setelah Madrasah Ibtidaiyah.
  • 1961 M, KA. Sadoellah Nawawi membuka madrasah ranting (fillial). Dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan madrasah di sekitar PPS.
  • 1961 M, KH. Cholil Nawawie (Pengasuh) dan KA. Sadeollah Nawawie (Ketua Umum) menggagas pengiriman guru tugas.
  • 1961 M, KA. Sadoellah Nawawie merintis Kopontren Sidogiri. Awal berdiri, Kopontren Sidogiri hanya berupa kedai makanan dan toko kelontong sederhana. Kopontren Sidogiri resmi berbadan hukum sejak 15 Juli 1997.
  • 1964 M, Kahanas (Kaderisasi Ahlusunah wal Jamaah) lahir. Pada tahun 1973 diganti menjadi Annajah. Di masa awal, kegiatan Annajah dikhususkan bagi murid kelas III Ts. Sejak tahun 1984 kegiatan pembekalan ini mulai dibuka untuk kelas I dan II Ts dengan fokus materi yang berbeda.
  • 1965 M, lambang resmi pesantren dibuat oleh HM. Usman Anis berdasarkan ide K. Sadoellah Nawawie dengan tujuan untuk memperjelas dan mempertegas identitas santri. Sebelumnya sudah ada lambang yang dikenal dengan singkatan PAPSID (Pelajar Asrama Pesantren Sidogiri).
  • 1978 (21 Ramadan), KH. Kholil Nawawi wafat. Digantikan oleh KH. Abdul Alim bin Abd. Djalil
  • 03 (atau 13) Muharam 1403/21 Oktober 1982 MMU Aliyah didirikan sebagai jenjang pendidikan tertinggi untuk menampung santri purna tugas.
  • 1983 M, Perpustakaan Sidogiri berdiri. koleksi pertamanya adalah kitab-kitab koleksi KH. Kholil Nawawie yang diwakafkan untuk santri.
  • 1983 (versi lain 1987) M, Balai Pengobatan Sidogiri resmi berdiri. Sejak tahun 2004, BPS mulai membuka layanan kesehatan untuk masyarakat umum.
  • 14 Syawal 1409 H/21 Mei 1989 M, MMU tingkat Istidadiyah didirikan sebagai fase persiapan bagi santri baru.
  • 1989 M, PPS mendirikan Labsoma (Laboratorium Soal Madrasah). Anggotanya khusus direkrut untuk merancang, menyusun dan mengoreksi soal-soal ujian.
  • 1412 H/1991-1992, Lembaga Pengembangan Bahasa Arab dan Asing (LPBAA) resmi berdiri.
  • 1991 M, latihan seni hadrah ala ISHARI mulai dibuka untuk santri.
  • 28 Muharam 1414 H/18 Juli 1993 M, Organisasi Murid Intra Madrasah (OMIM) didirikan sebagai wadah bagi murid-murid MMU Aliyah
  • 1414 H/ 1994 M, DAS (Darul Aitam Sidogiri) didirikan, berlokasi di Jl. Benowo Simolawang Simokerto Surabaya. Sejak tahun 1419 H, pengelolaan DAS Surabaya diserahkan kepada PPS.
  • 1415 H/1994 M, Majalah IJTIHAD terbit perdana sebanyak 24 halaman hitam-putih. Dikelola oleh OMIM MMU Aliyah. IJTIHAD adalah media pertama di PPS sebelum berkembang hingga mencapai 17 media seperti saat ini.
  • 1419 H, balai tamu atau ruang pertemuan santri dengan walinya dibangun.
  • 1419 H, pelatihan bela diri dibuka atas anjuran KH. Hasani Nawawie.
  • 1419 H, mading HIMMAH terbit perdana. Juga dikelola oleh OMIM.
  • 1988 M, P3S didirkan dengan nama Pekerjaan Umum (PU). Tahun 1996 diganti nama menjadi Pekerjaan Umum dan Pembangunan (PUPEM). Tahun 2003 diganti lagi menjadi Pengadaan, Perbaikan, dan Perawatan Sarana (P3S).
  • 1993/1414 OMIM (Organisasi Murid Intra Madrasah) lahir atas prakarsa Drs. M. Zainal Falah, S.Hud dan Anwar Sadad Usma, M.Ag.
  • 1420 H, Mading Maktabati terbit, dikelola oleh Perpustakaan Sidogiri. Dan pada 1420-1421 Mading Himmah terbit perdana. Tahun 1421/2000 Mading Ibtikar terbit. Mading Madinah Jumat, 29 Muharram 1423
  • 1421 H/2000 M, PPS mulai membuka kursus bahasa Inggris pertama kali melalui LPBAA atas perintah KH. Abdul Alim bin Abdul Djalil.
sidogiri_asli
  • Rabiul Awal 1420 H, website resmi www.sidogiri.com di-launching atas perintah Mas d. Nawawy Sadoellah.
  • 1421 H, start pembangunan MMU as-Suyuthi, 36 lokal, 3 lantai.
  • 15 Syaban 1422 H/01 Nopember 2001 M, IASS (Ikatan Alumni Santri Sidogiri) berdiri.
  • 15 Syaban 1422 H/01 Nopember 2001 M, ISS (Ikatan Santri Sidogiri) berdiri.
  • 1422 H, kelas program khusus (PK) dengan sistem akselarasi atau percepatan mulai dibuka.
  • 1423 H, Silaturrahim Nasional pertama IASS.
  • 1425-1426 H, MMU Aliyah mulai menerapkan sistem kejuruan di kelas II dan kelas III dengan tiga jurusan: Tarbiyah (pendidikan), Dakwah, dan Muamalah (ekonomi syariah).
  • 28 Dzul Qadah 1425 H/2005 M, KH. Abdul Alim bin Abd. Djalil wafat. Digantikan oleh KH. A. Nawawi bin Abd. Djalil
  • 1426 H, peletakaan batu pertama kantor IASS di Desa Sungikulon Pohjentrek Pasuruan.
  • Syaban 1426 H, Buletin SIDOGIRI diterbitkan pertama kali oleh Majelis Keluarga.
  • 1426 H, start pembangunan Kantor Sekretariat yang baru.
  • 1426-27 H, pengiriman dai ke daerah-daerah minus ilmu agama Islam dimulai.
  • 20 Rabiul Awal 1427 H/April 2006 M, Pustaka Sidogiri berdiri dengan nama CV. Pustaka Sidogiri as-Salafy. PS mengusung motto, “Benteng Ahlussunnah wal Jamaah”.
  • 23 Syaban 1428 H/September 2007 M, peletakan batu pertama DKS Bekasi.
  • 11 Shafar 1431 H, Pabrik AMDK Kopontren Sidogiri resmi pindah ke Desa Umbulan Winongan Pasuruan dan dimiliki penuh oleh PPS. Sebelumnya berada di Pakoren Rembang Pasuruan.
  • Syaban 1428 H, Badan Pers Pesantren (BPP) didirikan sebagai lembaga yang mengontrol, mengatur dan mengarahkan media PPS.
  • 11 Jumadal Ula 1431 H. DKS Surabaya (Darul Khidmah Sidogiri) diresmikan oleh Majelis Keluarga.
KONTAK :
Kantor Sekretariat
Alamat         : PO BOX 22 Pasuruan 67101 Sidogiri Kraton Pasuruan Jatim
Telepon       : 0343-410444/0343-420444 ext. 0
Faks              : 0343-428751
Hp                 : 08113125700
SMS Center: 085311581745
Email            : sidogiri@gmail.com
Website       : https://www.sidogiri.net
 
Daerah A  : 0811-312-5701
Daerah B  : 0811-312-5702
Daerah C  : 0811-312-5703
Daerah D  : 0811-312-5704
Daerah E  : 0811-312-5705
Daerah F  : 0811-312-5706
Daerah G  : 0811-3426-977
Daerah H  : 0811-312-5708
Daerah I  : 0811-312-5709
Daerah J  : 0811-312-5710
Daerah K  : 0811-312-5711
Daerah L  : 0811-312-5712
Daerah M: 0811-342-6978
Daerah N: 0811-342-6979
Daerah O: 0811-3426-980
Daerah Z  : 0811-312-5728


Majelis Rasulullah

Majelis Rasulullah


Nama “Majelis Rasulullah.” dalam aktifitas dakwah ini berawal ketika Hb Munzir Almusawa lulus dari Study-nya di Darulmustafa pimpinan Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh Tarim Hadramaut, Yaman. Beliau kembali ke Jakarta dan memulai berdakwah pada tahun 1998 dengan mengajak orang bertobat dan mencintai nabi saw yang dengan itu ummat ini akan pula mencintai sunnahnya, dan menjadikan Rasul saw sebagai Idola.

habib Munzir mulai berdakwah siang dan malam dari rumah kerumah di Jakarta, ia tidur dimana saja dirumah-rumah masyarakat, bahkan pernah ia tertidur di teras rumah orang karena penghuni rumah sudah tidur dan ia tak mau membangunkan mereka di larut malam. Setelah berjalan kurang lebih enam bulan, Hb Munzir memulai membuka Majelis setiap malam selasa *(mengikuti jejak gurunya Al Habib Umar bin Hafidz yang membuka Majelis minggu-an setiap malam selasa), dan ia pun memimpin Ma’had Assa’adah, yang di wakafkan oleh Al Habib Umar bin Hud Alattas di Cipayung, setelah setahun, munzir tidak lagi meneruskan memimpin ma’had tersebut dan melanjutkan dakwahnya dengan menggalang majelis-majelis di seputar Jakarta.
Hb Munzir membuka majelis malam selasa dari rumah kerumah, mengajarkan Fiqh dasar, namun tampak ummat kurang bersemangat menerima bimbingannya, dan Hb munzir terus mencari sebab agar masyarakat ini asyik kepada kedamaian, meninggalkan kemungkaran dan mencintai sunnah sang Nabi saw, maka Hb Munzir merubah penyampaiannya, ia tidak lagi membahas permasalahan Fiqih dan kerumitannya, melainkan mewarnai bimbingannya dengan nasehat-nasehat mulia dari Hadits-hadits Rasul saw dan ayat Alqur’an dengan Amr Ma’ruf Nahi Munkar, dan lalu beliau memperlengkap penyampaiannya dengan bahasa Sastra yang dipadu dengan kelembutan ilahi dan tafakkur penciptaan alam semesta, yang kesemuanya di arahkan agar masyarakat menjadikan Rasul saw sebagai idola, maka pengunjung semakin padat hingga ia memindahkan Majelis dari Musholla ke musholla, lalu Musholla pun tak mampu menampung hadirin yang semakin padat, maka Munzir memindahkan Majelisnya dari Masjid ke Masjid secara bergantian.
Mulailah timbul permintaan agar Majelis ini diberi nama, Hb Munzir dengan polos menjawab, “Majelis Rasulullah?”, karena memang tak ada yang dibicarakan selain ajaran Rasul saw dan membimbing mereka untuk mencintai Allah dan Rasul Nya, dan pada dasarnya semua Majelis taklim adalah Majelis Rasulullah saw..
Majelis kian memadat, maka Munzir mengambil empat masjid besar yang bergantian setiap malam selasa, yaitu masjid Raya Almunawar Pancoran Jakarta Selatan, Masjid Raya At Taqwa Pasar minggu Jakarta Selatan, Masjid Raya At Taubah Rawa Jati Jakarta Selatan, dan Ma`had Daarul Ishlah Pimp. KH. Amir Hamzah di Jalan Raya Buncit Kalibata Pulo, Namun karena hadirin semakin bertambah, maka Hb Munzir akhirnya memusatkan Majelis Malam selasa ini di Masjid Raya Almunawar Pancoran Jakarta Selatan, kini acara ini dihadiri berkisar antara 10.000 hadirin setiap minggunya, Hb Munzir juga meluaskan wilayah da’wah di beberapa wilayah Jakarta dan Sekitarnya, lalu mencapai hampir seluruh wilayah Pulau Jawa, Majelis Rasulullah tersebar di sepanjang Pantai Utara Pulau jawa dan Pantai Selatan, dan terus makin meluas ke Bali, Mataram, Irian Barat, bahkan Singapura, Johor dan Kualalumpur, demikian pula di stasion stasion TV Swasta, bahkan VCD, Majalah bulanan dll, dan kini Anugerah ilahi telah merestui Majelis Rasulullah untuk meluas ke Jaringan internet dengan nama asalnya “Website Majelis Rasulullah”.
Kritik & saran mengenai website ini dapat dikirim ke admin@majelisrasulullah.org
Alamat Majelis Rasulullah: Jl Cikoko Barat V, RT 03/05, No 66, Kelurahan Cikoko, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan (12770). (Telfon 021-7986709)
Pondok Pesantren APIK Kaliwungu

Pondok Pesantren APIK Kaliwungu


PONDOK PESANTREN SALAF APIK
  1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Pondok Pesantren APIK Kaliwungu
            Pondok Pesantren Al-Kaumani (APIK) dibangun di atas tanah waqaf dari KH. Irfan pada tanggal l2 Dzulhijjah 1338 H, bertepatan dengan tanggal 12 Pebruari 1919 M, yang sekarang dinamakan Komplek A. Dan biaya pembangunannya 75 % dari kakaknya yaitu H. Abdurrosyid, 25 % dari masyarakat Kaliwungu, dan beliau sebagai pengasuhnya, sedangkan Lurah Pondok dipercayakan kepada keponakannya yaitu K. Ahmad Ru’yat pada waktu itu, belum ada santri yang dianggap besar, selama beberapa tahun, dan dibantu oleh K. Usman Abdurrosyid, kemudian K. Ahmad Ru’yat digantikan oleh K. Idris Kempek Cirebon.
Selama 10 tahun beliau mengajar langsung para santri. Kemudian pada Ahad Kliwon setelah Dzuhur tanggal 13 Ramadhan 1349 H/ 1 Pebruari 1931 M. beliau dipanggil oleh Al-Kholiq, Al-Mumit di rumah tetangga beliau. Inna lillahi wa inna illahi raji’un. Setelah wafatnya KH. lrfan serta pindahnya K. Idris sebagai Lurah Pondok Tebu Ireng Jombang, Pengasuh Pondok dipegang langsung oleh KH. Ahmad Ru’yat bin Abdullah bin Musa dan Lurah Pondok dipercayakan langsung kepada adiknya Lil Jad (satu kakek) yaitu K. Abdullah bin Idris bin Musa.
Pada waktu K. Ahmad Ru’yat mengasuh pondok, perkembangan santri maju pesat, sehingga dibangunlah beberapa asrama santri atau komplek sebagai berikut: Komplek B, pada waktu itu tanahnya masih pinjam kepada Kyai Usman dan Nyai Zainab Ahmad Ru’yat dan tanah sebelah selatan (gedung Al-Ma,wa), Komplek AG di atas tanah waqaf Nyai Maimunah (mertua KH. Humaidullah). KH. Ahmad Ru’yat dalam memberikan pelajaran kepada santri dengan sistem bandungan, mulai dari kitab kecil sampai kitab Ihya, Tafsir Baidowi, Fathul-Wahhab, Bukhori, Muslim dan kitab-kitab lainnya.
Selama beliau sebagai pengasuh pondok telah pula terjadi pergantian beberapa lurah pondok. KH. Ahmad Ru’yat adalah orang alim namun sangat wira’i, waktunya dihabiskan hanya untuk ibadah dengan jalan mulang kepada santri pondok dan masyarakat, mulai selepas subuh sampai larut malam. Pada suatu saat beliau kedatangan Gubernur Jawa Tengah yaitu Bapak Mukhtar, kira-­kira tahun 50 an, pada waktu itu beliau sedang ngaji (mulang santri) tepatnya setelah shalat Dzuhur, kemudian beliau bertanya kepada tamunya “sampean opo sing jenenge Mukhtar sing mimpin Jawa Tengah? lan yen arep perlu karo aku sampean nunggu disik nganti aku rampung ngaji”, seraya beliau mempersilahkan tamunya untuk ikut ngaji di sampingnya, padahal di luar rumah banyak yang ndereke Gubernur tersebut.
Inna lillahi wa inna illahi raji’un wafat malam Jum’at ba’da maghrib 9 Rabiutsani 1388 H / 4 Juli 1968 M. Kemudian setelah beliau wafat Pengasuh Pondok Pesantren diserahkan kepada putra pendiri Pondok yaitu KH. Humaiduliah Irfan. Selama pengasuh Pondok dipegang KH. Humaidullah, beliau mempercayai Ustadz Dimyati Ro’is sebagai Ro’isul Ma’had (Lurah Pandok), dan dalam kepemimpinannya ia menambah sistem pendidikan yang ada di pondok dengan sistem kelas, yaitu SP, Tsanawiyyah dua tahun, dan Tsanawiyah enam tahun disesuaikan dengan sistem pendidikan yang ada di bawah Depag pada waktu itu.
Selama 17 tahun KH. Humaidullah Irfan menjadi Pengasuh Pondok Pesantren dan akhirnya pada malam Selasa jam 11.23 WIB tanggal 29 Ramadhan 1405 H. / 17 Juni 1985 M. beliau dikehendaki Allah untuk menghadapnya. Inna lillahi wa inna illahi raji’un dalam usia 73 tahun.
Kemudian pengasuh Pondok diamanatkan kepada putranya KH. Muhammad Imron Humaidulloh dan dibantu adiknya KH. M. Sholahuddin Humaidulloh, dan pada tahun 2003 KH. Imron Humaidullloh wafat kemudian pengasuh pondok dipegang oleh KH. M. Sholahuddin Humaidulloh hingga sekarang.
Apik merupakan pesantren yang mengelola pendidikan sendiri yang dikenal dengan nama Madrasah Salafiyah Miftahul Hidayah (MSMH). Setiap santri Pondok Pesantren Apik, harus sekolah dan belajar di sekolah tersebut. Madrasah Salafiyah Miftahul Hidayah telah berhasil mencetak tokoh-tokoh agama di masayarakat, serta lulusan dari madrasah ini dapat melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi dan tidak sedikit para alumninya telah berhasil mendapatkan gelar sarjana. MSMH berdiri tidak bersamaan dengan berdirinya Pondok Pesantren Apik dan ini merupakan suatu alternatif dari sebuah proses yang panjang.
Pada mulanya lembaga pendidikan ini hanya memakai metode “Bandongan” dan “Wetonan” namun dalam perkembangannya ada dirasakan belum memuaskan, sedangkan masyarakat kian kritis dan maju menginginkan pendidikan yang efektif dan efisien, maka dibuatlah sistem klasikal yang dilakasanakan di pondok Apik melalui Madrasah Salafiyah Miftakhil Hidayah berjenjang delapan tahun dengan ketentuan: tingkat persiapan (SP) ditempuh selama dua tahun. Dalam tingkatan ini materi yang diajarkan lebih memusatkan pada pelatihan membaca Al-Qur’’an (qiroati) dan ditambah pada pengamalan-pengamalan ibadah keagamaan seperti solat, puasa, zakat, dan rukun Islam lainnya. Di samping itu di dalam kelas diajarkan tentang dasar-dasar materi ilmu nahwusorof sebagai bekal nanti bila telah menginjak kelas di atasnya. Tingkat selanjutnya adalah Tsanawiyah, tingkatan ini ditempuh selama tiga tahun, dalam tingkatan ini ditekankan pada penguasaan tata bahasa Arab yang meliputi Nahwu, Shorof, Fiqih dan pendidikan Aqidah. Sedangkan pada tingkatan paling atas adalah Aliyah yang ditempuh selama tiga tahun. Dalam tingkatan ini ilmu Fiqih mendapatkan perhatian khusus terutama masalah muamalah kehidupan sehari-hari di masyarakat, di samping pula diajarkan tentang ilmu sastra bahasa Arab (Balaghoh) ilmu logika (Mantiq), ilmu Aqidah, ilmu usul Fiqih dan Tasawwuf. Yang kegiatannya dilaksanakan pada pagi hari sampai tengah hari menjelang Dzuhur dan dilanjutkan setelah sholat Ashar.
Disamping kegiatan di atas Madrasah mempunyai kegiatan Ekstra kulikuler yang meliputi:
     1. Pengajian Wajib dengan sistem Bandongan
Dikatakan wajib karena setiap santri harus mengikuti pengajian kitab tersebut dikelasnya pada sore hari, adapun kitab yang dikaji disesuaikan dengan kelas dan tingkatannya masing-masing, dalam pengajian ini lebih memfokuskan pada ilmu alat yaitu Nahwu, dan ilmu Balaghoh untuk kelas yang lebih tinggi.
      2. Lalaran
Kegiatan ini dilaksanakan pada sore hari setiap Sabtu dan Selasa sebagai ganti pengajian wajib di kelas masing-masing, sedangkan yang dilalarkan adalah nadzom atau bait-bait yang harus dihafalkan di kelasnya masing-masing, yang hafalan tersebut menjadi syarat kenaikan kelas.
     3. Musyawaroh Pelajaran (Sistem Dialog)
Kegiatan ini dilaksanakan di kelas masing-masing pada malam hari, materi yang dikaji adalah pelajaran yang sudah diajarkan dan esoknya pelajaran tersebut akan diteruskan. Kegiatan ini untuk membiasakan santri untuk memutuskan sesuatu dengan bermusyawaroh.
     4. Bahtsul Masaail
Bahtsul Masail merupakan kegiatan yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun dengan tujuan para santri dapat memutuskan masalah Waqi’ah (kekinian) yang terjadi di masyarakat.
     5. Pendidikan Psikologi
Kegiatan ini diikuti oleh santri yang sudah kelas tiga Aliyah dan sekaligus menjadi bekalnya dalam bermasyarakat, Karena sebagian besar santri yang sudah lulus dari MSMH langsung kembali kekomunitasnya masing-masing, meskipun tidak sedikit dari mereka yang melanjutkan pendidikannya.
2. Letak Geografis
Pondok pesantren Apik Kauman Kaliwungu Kendal berlokasi di Kampung Kauman Desa Krajankulon Kecamatan Kaliwungu Kendal. Lokasi pondok pesantren berada di tengah-tengah masyarakat yang religius. Jarak pondok pesantren Apik dari kota Kendal kurang lebih 12 km. Tepat di tengah kota kecil Kaliwungu. Sementra dari jalan pantura kurang lebih 100 meter, wilayah Kaliwungu merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan kota Semarang dari arah barat. Warga Kampung Kampung Kauman pada umumnya bermata pencaharian di bidang industri, dagang. Yang mana Kampung Kauman ini terdapat tiga pondok pesantren, yaitu pondok pesantren Al-Asror, Al-Aziziyah dan Pondok APIK sendiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada denah Lokasi di bawah ini.
denah

3. Tugas dan Wewenang
Tugas dan wewenang pengurus Pondok Pesantren meliputi mengelola segala peraturan baik larangan atau kewajiban dan bertanggung jawab penuh dalam segala aktifitas yang sudah menjadi agenda kegiatan pondok, adapun pembagiannya yaitu:
  1. Pengasuh/kiai
Kiai sebagai pengasuh dan pengelola dan penentu kebijakan arah Pondok Pesantren.
2. Kepala Pondok
  • Kepala sebagai pemimpin, pendidik, penyelenggara dan juga supervisor dalam pondok pesantren.
  • Menyiapkan dan menyelenggarakan seluruh kegiatan pondok yang dibantu pengurus lainnya.
  • Mengorganisasikan seluruh sumber daya dan dana secara efektif.
  • Menyelenggarakan rapat pondok.
  • Mempertanggungjawabkan semua tugas pada masing-masing pengurus.
3. Bidang Pendidikan
  • Menyusun program pelajaran.
  • Menyusun program pengajaran.
  • Menyusun pembagian tugas.
  • Menyusun kalender pendidikan.
  • Menyusun dan mengelola evaluasi belajar.
  • Mengatur pembagian laporan pembelajaran.
  • Meningkatkan stabilitas mutu pendidikan.
  • Mengkoordinir dan mengawasi.
4. Bidang kesiswaan
  • Menyusun program pembelajaran dan program kesiswaan.
  • Membimbing, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan.
  • Meningkatkan kualitas santri dan kegiataannya.
  • Mengarahkan santri untuk mentaati peraturan.
  • Mengelola, memelihara dan memperbaiki sarana-prasarana pondok pesantren.
5. Humas
  • Membina dan menjalin hubungan dengan masyarakat.
  • Memberikan informasi yang berkenaan dengan pondok pesantren.
6. Guru/ustad
  • Membuat administrasi pembelajaran.
  • Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai jadwal pelajaran.
  • Melaksanakan kegiatan dan evaluasi kegiatan belajar meliputi: thamrin (ulangan mingguan), semesteran, ujian akhir, dan hafalan santri (muhafadhoh).
  • Menyusun dan melaksanakan program kegiatan.
  • Mengisi daftar nilai santri.
  • Melaksanakan program bimbingan dalam proses pembelajaran.
  • Melaksanakan tugas tertentu tang diberikan pengasuh.
4. Keadaan Guru
Santri senior yang sudah dianggap cukup serta mampu di samping tugas utamanya belajar dan mengaji mempunyai tugas tambahan yakni sebagai pengurus merangkap sebagai ustadz, yang diamanahkan oleh pengasuh sebagai kepanjangan tangan kiai dalam hal mengasuh dan mendidik para santri dan menjalankan roda kegiatan yang ada di pondok pesantren, baik itu meliputi tugas-tugas harian yang berkenaan dengan kesekretariatan, kebersihan, ketertiban, maupun kemasyarakatan. Berikut adalah struktur kepengurusan yang bertugas mengajar di Madrasah Salafiyah Miftahul Hidayah.
Aktivitas pendidikan dan pengajaran yang utama adalah kegiatan belajar mengajar di Madrasah. Madrasah Salafiyyah Miftahul Hidayah menerapkan kurikulum yang seluruhnya bersifat keagamaan dan bersumber dari kitab-kitab klasik berbahasa Arab dengan maksud agar Pondok Pesantren ini tetap terjaga kemurnian, Kesalafan dan kemandiriannya. Kurikulum yang berlaku di pesantren ini adalah sebagai berikut:
NO. KELAS TINGKATAN BIDANG STUDI
1. SP I Persiapan 1. Sulam Mubtadi 2. Al Qur’an
3. Aqidah al-Awam
4. Fasholatan
5. Hidayah al-Sibiyan
6. Duror al-Bahiyah
7. Mubadi al-Fiqh
8. Nadzom Alala
9. Lughat al-Arab
2 SP II Persiapan 1. Al-Ajurumiyah 2. Al-Khoridah al-Bahiyah
3. Safinah as-Sholah
4. Al-Akhlaq Lil-banin
5. Juz’ Amma
6. Al-Amsilah al-Tasrifiyah
7. Tanbih al-Muta’alim
8. Tuhfah al-Athfal
3 I Tsanawiyah 1. Al-Ajurumiyah (syarh) 2. Al-Asmawi
3. Jawahir al-Kalamiyah
4. Qowaid al-I’lal
5. Qowaid al-Khot Arobiy
6. Safinah al-Najah
7. Shorof Lughowi (Tsulasi)
8. Awamil Al-Jurjani
9. Khulasoh Nur al-Yaqin
10. Wasoya
11. Mustholahu Tajwid
4 II Tsanawiyah 1. Al-Amrity 2. Nadhom Al-Maqsud
3.MuqoddimahAlHadromiyyah
4. Jazariyah
5. Qowaid Al-I’rob
6. Fath Al-Rabb Al-Bariyah
7. Durr Al-Farid
8. Al-Arbain Al-Nawawi
9. Ta’lim Al-Muta’alim
5. III Tsanawiyah 1. Alfiyah ibn Malik (Awal ) 2. Minhatul Mughist
3. Fath al-Qorib al-Mujib
4. Bulugh Al-Marom I
5. Tijan Al-Darori
6. Al-Waroqot
7. Ibnu Aqil
6. I Aliyah 1. Alfiyah ibn Malik (Tsani) 2. Fath al-Mu’in I
3. Kifayah al-Awam
4. Bulugh al-Marom II
5. Idah al-Farid
6. Tashilut Turuqot
7. Ilmu Tafsir
8. Dahlan Alfiyah
7 II Aliyah 1. Jauhar Al-Maknun 2. Sulam Al-Munawaroq
3. Faroid Al-Bahiyah
5. Fath al-Mu’in II
6. Umm Al-Barohin
7. Nadzom Arud
8. Lub al-Ushul
8 III Aliyah 1. Uqud Al-Juman 2. Jam’ al-Jawami’
3. Al Mahali I – IV
4. Minhaj Al-Abidin
5. Tafsir Jalalain
6. Muwatho
Sumber: Dokumen pondok pesantren APIK Kauman Kaliwungu Kendal.
5. Keadaan Siswa/santri
Pondok pesantren Apik memilki santri dari berbagai daerah. Kesemuanya terdiri dari santri yang masih sekolah di Madarasah Salafiyyah Miftahul Hidayah (MSMH) dan santri yang sudah tamat dari madrasah tersebut, yang dikenal dengan istilah “mutakhorijin”. Ada sebagian dari mutakhorijin yang mengikuti kuliah di universitas terdekat yang ada di Kaliwungu, namun demikian mereka tidak meninggalkan kegiatan-kegiatan pondok pesantren.
Apik merupakan suatu Pondok Pesantren yang sudah bertaraf nasional, sehingga dari sekian banyak santri yang ada datang dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jawa, Madura, Sumatra, Kalimantan dan lain sebagainya, bahkan pernah ada santri yang berasal dari negeri Jiran (Malaysia). Mereka pula datang dari status sosial yang berbeda dan taraf pendidikan umum yang berbeda-beda pula, ada yang hanya berpendidikan dasar, SLTP, SLTA dan ada juga yang sudah sampai Perguruan Tinggi. Namun demikian mereka sama sekali tidak memepermasalahkan perbedaan-peredaan tersebut, bahkan sebaliknya mereka justru menjadikan hal itu sebagai wahana dalam menimba pengalaman.
Untuk membantu pengasuh pondok dalam membimbing santri-santri tersebut pondok pesantren APIK memiliki 33 ustadz yang diambil dari santri senior pondok APIK. Para ustadz/guru ini melayani dan memberikan bimbingan berupa mengajar anak-anak santri dalam membaca Alqur’an dan kitab kuning, membantu memecahkan masalah yang dihadapi santri serta memberikan pengawasan penuh terhadap para santri.
6. Keadaan Sarana Dan Prasarana
Pondok pesantren yang didirikan pada tahun 1919 M ini mempunyai sarana dan prasarana yang yang sudah memadai, meliputi: 106 buah kamar santri, 20 buah kamar guru (santri senior), 17 ruang kelas, sebuah kantor, 4 buah kantor jam’iyyah, sebuah ruang perpustakaan, ruang koperasi, ruang tamu, ruang komputer, kamar mandi santri, kamar mandi tamu dan pengurus, kamar kecil untuk santri sebanyak 10 ruang, 5 kamar kecil pengurus dan tamu dan ruang kesehatan untuk santri.
APIK juga memilki sarana yang berupa sebuah gedung yang diberi nama gedung Ihya Ulum al-din. Gedung bertingkat dua ini dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 400 meter persegi dan letaknya terpisah dari pondok dengan jarak kira-kira 80 meter. Gedung ini di samping digunakan untuk sekolah juga digunakan untuk pertemuan dan musyawarah kiyai-kiyai dan tokoh masyrakat kaliwungu.
Selain fasilitas pondok yang berupa bangunan pondok. juga memiliki fasilitas lain seperti lapangan tenis meja yang merupakan satu-satunya media olah raga yang ada di pondok Apik, kemudian juga mempunyai kendaraan yang digunakan untuk kepentingan pondok seperti mengambil wesel, menyebarkan undangan dan lain sebagainya.
Program pengembangan pondok pesantren salaf Apik meliputi pengembangan di bidang fisik dan non fisik serta pemberdayaan masyarakat sekitar. pengembangan fisik yang sedang dilaksanakan yaitu membangunnya kembali komplek CE menjadi sebuah gedung yang bertingkat dua, pengembangan fisik lain berupa penambahan fasilitas pondok pesantren seperti komputer untuk latihan santri, pembangunan taman-taman di setiap komplek dan lain sebagainya.
Background salaf yang menjadi ciri khas dari pondok Apik ini tidak lantas dibiarkan hilang karena adanya pengembangan-pengembangan tersebut. Konsep “Almuhaafadhotu ‘alaa qodiimissolih wal akhdzu bil jadiidil ashlakh” atau melestarikan budaya lama yang baik dan mengambil budaya modern yang lebih baik itulah yang selalu diperhatikan dalam setiap program pengembangan.
Pengembangan non fisik lebih menitikberatkan pada penggalian potensi santri untuk mengaktualisasikan kitab kuning kedalam kehidupan yang modern dan semakin canggih. Saat ini Pondok Pesantren Salaf APIK mengadakan bahtsul masail kubro yang dilaksanakan dua kali dalam setahun dan bahtul masail sughro setiap minggunya. Pondok Apik ini juga memfasilitasi santri yang hanya lulusan Sekolah Dasar untuk mendapatkan ijazah yang setara dengan SLTP lewat program wajardikdas dan Kejar Paket C setara SMA sebagai bentuk pengembangan yang sedang dilaksanakan.
Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang

Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang

 

Sejarah

Tebuireng adalah nama sebuah pedukuhan yang termasuk wilayah administratif Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, berada pada kilometer 8 dari kota Jombang ke arah selatan. Nama pedukuhan seluas 25,311 hektar ini kemudian dijadikan nama pesantren yang didirikan oleh Kiai Hasyim.
Menurut penuturan masyarakat sekitar, nama Tebuireng berasal dari kata ”kebo ireng” (kerbau hitam). Konon, ada seorang penduduk yang memiliki kerbau berkulit kuning. Suatu hari, kerbau tersebut menghilang dan setelah dicari kian kemari, kerbau itu ditemukan dalam keadaan hampir mati karena terperosok di rawa-rawa yang banyak dihuni lintah. Sekujur tubuhnya penuh lintah, sehingga kulit kerbau yang semula berwarna kuning kini berubah menjadi hitam. Peristiwa ini menyebabkan pemilik kerbau berteriak ”kebo ireng …! kebo ireng …!” Sejak sat itu, dusun tempat ditemukannya kerbau itu dikenal dengan nama Kebo Ireng.[1]
Pada perkembangan selanjutnya, ketika penduduk dusun tersebut mulai ramai, nama Kebo Ireng berubah menjadi Tebuireng. Tidak diketahui dengan pasti kapan perubahan itu terjadi dan apakah hal itu ada kaitannya dengan munculnya pabrik gula di selatan dusun tersebut, yang banyak mendorong masyarakat untuk menanam tebu? Karena ada kemungkinan, karena tebu yang ditanam berwarna hitam maka dusun tersebut berubah nama menjadi Tebuireng.

Berdirinya Pesantren Tebuireng

Pada penghujung abad ke-19, di sekitar Tebuireng bermunculan pabrik-pabrik milik orang asing (terutama pabrik gula). Bila dilihat dari aspek ekonomi, keberadaan pabrik-pabrik tersebut memang menguntungkan karena akan membuka banyak lapangan kerja. Akan tetapi secara psikologis justru merugikan, karena masyarakat belum siap menghadapi industrialisasi. Mereka belum terbiasa menerima upah sebagai buruh pabrik. Upah yang mereka terima biasanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif-hedonis. Budaya judi dan minum minuman keras pun menjadi tradisi.
Ketergantungan rakyat terhadap pabrik kemudian berlanjut pada penjualan tanah-tanah rakyat yang memungkinkan hilangnya hak milik atas tanah. Diperparah lagi oleh gaya hidup masyarakat yang amat jauh dari nilai-nilai agama.
Kondisi ini menyebabkan keprihatinan mendalam pada diri Kiai Hasyim. Beliau kemudian membeli sebidang tanah milik seorang dalang terkenal di dusun Tebuireng. Lalu pada tanggal 26 Rabiul Awal 1317 H (bertepatan dengan tanggal 3 Agustus 1899 M.), Kiai Hasyim mendirikan sebuah bangunan kecil yang terbuat dari anyaman bambu (Jawa: tratak), berukuran 6 X 8 meter.[2]  Bangunan sederhana itu disekat menjadi dua bagian. Bagian belakang dijadikan tempat tinggal Kiai Hasyim bersama istrinya, Nyai Khodijah, dan bagian depan dijadikan tempat salat (mushalla). Saat itu santrinya berjumlah 8 orang,[3] dan tiga bulan kemudian meningkat menjadi 28 orang.
Kehadiran Kiai Hasyim di Tebuireng tidak langsung diterima dengan baik oleh masyarakat. Gangguan, fitnah, hingga ancaman datang bertubi-tubi. Tidak hanya Kiai Hasyim yang diganggu, para santripun sering diteror. Teror itu dilakukan oleh kelompok-kelompok yang tidak menyukai kehadiran pesantren di Tebuireng. Bentuknya beraneka ragam. Ada yang berupa pelemparan batu, kayu, atau penusukan senjata tajam ke dinding tratak. Para santri seringkali harus tidur
bergerombol di tengah-tengah ruangan, karena takut tertusuk benda tajam. Gangguan juga dilakukan di luar pondok, dengan mengancam para santri agar meninggalkan pengaruh Kiai Hasyim. Gangguan-gangguan tersebut berlangsung selama dua setengah tahun, sehingga para santri disiagakan untuk berjaga secara bergiliran.
Ketika gangguan semakin membahayakan dan menghalangi sejumlah aktifitas santri, Kiai Hasyim lalu mengutus seorang santri untuk pergi ke Cirebon, Jawa Barat, guna menamui Kiai Saleh Benda, Kiai Abdullah Panguragan, Kiai samsuri Wanantara, dan Kiai Abdul Jamil Buntet. Keempatnya merupakan sahabat karib Kiai Hasyim. Mereka sengaja didatangkan ke Tebuireng untuk melatih pencak silat dan kanuragan selama kurang lebih 8 bulan.
Dengan bekal kanuragan dan ilmu pencak silat ini, para santri tidak khawatir lagi terhadap gangguan dari luar. Bahkan Kiai Hasyim sering mengadakan ronda malam seorang diri. Kawanan penjahat sering beradu fisik dengannya, namun dapat diatasi dengan mudah. Bahkan banyak diantara mereka yang kemudian meminta diajari ilmu pencak silat dan bersedia menjadi pengikut Kiai Hasyim. Sejak saat itu Kiai Hasyim mulai diakui sebagai bapak, guru, sekaligus pemimpin masyarakat.
Selain dikenal memiliki ilmu pencak silat, Kiai Hasyim juga dikenal ahli di bidang pertanian, pertanahan, dan produktif dalam menulis. Karena itu, Kiai Hasyim menjadi figur yang amat dibutuhkan masyarakat sekitar yang rata-rata berprofesi sebagai petani. Ketika seorang anak majikan Pabrik Gula Tjoekir berkebangsaan Belanda, sakit parah dan kritis, kemudian dimintakan air do’a kepada Kiai Hasyim, anak tersebut pun sembuh.
Luasnya pengaruh Kiai Hasyim

Dengan tumbuhnya pengakuan masyarakat, para santri yang datang berguru kepada Kiai Hasyim bertambah banyak dan datang dari berbagai daerah baik di Jawa maupun Madura. Bermula dari 28 orang santri pada tahun 1899, kemudian menjadi 200 orang pada tahun 1910, dan 10 tahun berikutnya melonjak menjadi 2000-an orang, sebagian di antaranya berasal dari Malaysia dan Singapura. Pembangunan dan perluasan pondok pun ditingkatkan, termasuk peningkatan kegiatan pendidikan untuk menguasai kitab kuning.
Kiai Hasyim mendidik santri dengan sabar dan telaten. Beliau memusatkan perhatiannya pada usaha mendidik santri sampai sempurna menyeleseaikan pelajarannya, untuk kemudian mendirikan pesantren di daerahnya masing-masing. Beliau juga ikut aktif membantu pendirian pesantren-pesantren yang didirikan oleh murid-muridnya, seperti Pesantren Lasem (Rembang, Jawa Tengah), Darul Ulum (Peterongan, Jombang), Mambaul Ma’arif (Denanyar, Jombang), Lirboyo (Kediri), Salafiyah-Syafi’iyah (Asembagus, Situbondo), Nurul Jadid (Paiton Probolinggo), dan lain sebagainya.
Pada masa pemerintahan Jepang, tepatnya tahun 1942, Sambu Beppang (Gestapo Jepang) berhasil menyusun data jumlah kiai dan ulama di Pulau Jawa. Ketika itu jumlahnya mencapai 25.000an orang, dan mereka rata-rata pernah menjadi santri di Tebuireng. Hal ini menunjukkan batapa basar pengaruh Pesantren Tebuireng dalam pengembangan dan penyebaran Islam di Jawa pada awal abad ke-20.
Karena kemasyhurannya, para kiai di tanah Jawa mempersembahkan gelar ”Hadratusy Syeikh” yang artinya ”Tuan Guru Besar” kepada Kiai Hasyim. Beliau semakin dianggap keramat, manakala Kiai Kholil Bangkalan yang dikeramatkan oleh para kiai di seluruh tanah Jawa-Madura, sebelum wafatnya tahun 1926, telah memberi sinyal bahwa Kiai Hasyim adalah pewaris kekeramatannya. Diantara sinyal itu ialah ketika Kiai Kholil secara diam-diam hadir di Tebuireng untuk mendengarkan pengajian kitab hadis Bukhari-Muslim yang disampaikan Kiai Hasyim. Kehadiran Kiai Kholil dalam pengajian tersebut dinilai sebagai petunjuk bahwa setelah meninggalnya Kiai Kholil, para Kiai di Jawa-Madura diisyaratkan untuk berguru kepada Kiai Hasyim.
Bisa dikatakan, Pesantren Tebuireng pada masa Kiai Hasyim merupakan pusatnya pesantren di tanah Jawa. Dan Kiai Hasyim merupakan kiainya para kiai. Terbukti, ketika bulan Ramadhan tiba, para kiai dari berbagai penjuru tanah Jawa dan Madura datang ke Tebuireng untuk ikut berpuasa dan mengaji Kitab Shahih Bukhari-Muslim.
Keberadaan Pesantren Tebuireng akhirnya berimplikasi pada perubahan sikap dan kebiasaan hidup masyarakat sekitar. Bahkan dalam perkembangannya, Pesantren Tebuireng tidak saja dianggap sebagai pusat pendidikan keagamaan, melainkan juga sebagai pusat kegiatan politik menentang penjajah. Dari pesantren Tebuireng lahir partai-partai besar Islam di Indonesia, seperti Nahdlatul Ulam (NU), Masyumi (Majelis Syuro A’la Indonesia), Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), serta laskar-laskar perjuangan seperti Sabilillah, Hizbullah, dsb.

Pada awal berdirinya, materi pelajaran yang diajarkan di Tebuireng hanya berupa materi keagamaan dengan sistem sorogan[4] dan bandongan..[5] Namun seiring perkembangan waktu, sistem pengajaran secara bertahap dibenahi, diantaranya dengan menambah kelas musyawaroh sebagai kelas tertinggi, lalu pengenalan sistem klasikal (madrasah) tahun 1919, kemudian pendirian Madrasah Nidzamiyah yang di dalamnya diajarkan materi pengetahuan umum, tahun 1933.
Tebuireng Sekarang

Menapaki akhir abad ke-20, Pesantren Tebuireng menambah beberapa unit pendidikan, seperti Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY, kini IKAHA). Bahkan unit-unit tersebut kini ditambah lagi dengan Madrasah Diniyah, Madrasah Mu’allimin, dan Ma’had Aly, disamping unit-unit penunjang lainnya seperti Unit Penerbitan Buku dan Majalah, Unit Koperasi, Unit Pengolahan Sampah, Poliklinik, Unit Penjamin Mutu, unit perpustakaan, dan lain sebagainya (akan dijelaskan kemudian). Semua unit tersebut (selain UNHASY), merupakan ikon dari eksistensi Pesantren Tebuireng sekarang.

Secara geografis, letak Pesantren Tebuireng cukup strategis, karena berada di tepi jalan raya Jombang-Malang dan Jombang-Kediri. Lalu lintas yang melewati Desa Cukir terbagi dalam tiga jalur. Pertama jalur utara-barat daya yang merupakan lintasan dari kota Jombang menuju Kediri-Tulungagung-Trenggalek melewati Pare. Kedua adalah jalur utara-tenggara yang merupakan lintasan dari kota Jombang menuju Malang melalui kota Batu. Ketiga ialah jalur barat-timur yang merupakan lintasan dari Desa Cukir menuju Kecamatan Mojowarno. Mencari kendaraan umum tidak terlalu sulit di desa ini, karena hampir setiap 2-3 menit sekali, ada mikrolet yang lewat. Pada jalur pertama dan kedua tidak hanya dilalui mikrolet (sebagaimana jalur ketiga), melainkan juga dilalui bus dan truk angkutan barang dari Surabaya-Kediri-Tulungagung-Trenggalek lewat Jombang dan Pare. Kondisi seperti ini sudah tampak sejak awal tahun 1990-an, sebagaimana hasil penelitian Imron Arifin (1993).
Pada awal tahun 1900-an, penduduk Tebuireng rata-rata berprofesi sebagai petani dan pedagang. Namun sekarang keadaannya sudah berbeda. Mayoritas penduduk Tebuireng kini bekerja sebagai pedagang, pegawai pemerintah dan swasta, dan sebagian lagi berprofesi sebagai guru. Jarang sekali yang berprofesi sebagai petani.
Penduduknya rata-rata memiliki sepeda motor. Rumah mereka sudah tergolong bagus, tidak ada lagi yang terbuat dari anyaman bambu (gedek) seperti pada awal pendirian Pesantren Tebuireng. Pesawat TV yang dulu hanya dimiliki oleh sebagian pegawai Pabrik Gula Tjoekir, kini sudah menghiasi setiap rumah penduduk. Banyak diantara mereka sudah memiliki mobil dan komputer.
Ketika buku ini ditulis, suasana sehari-hari di Dukuh Tebuireng lebih ramai dibanding dengan kota kecamatannya, Diwek. Keberadaan Pabrik Gula Tjoekir, Pasar Cukir, Puskesmas dan poliklinik yang melayani rawat-inap, keberadaan Kantor Pos, bank-bank swasta dan pemerintah yang dilengkapi ATM, mengudaranya beberapa pemancar radio, serta banyaknya mini market, toko-toko kelontong, warung-warung dan kedai-kedai yang berjejer di sepanjang jalan, membuat kawasan ini selalu ramai dengan beragam aktivitas.
Semaraknya suasana Tebuireng dan sekitarnya, ditopang oleh keberadaan pesantren-pesantren yang tersebar di hampir setiap sudut desa. Suasana kahidupan pesantren sangat terasa di kawasan ini. Setiap hari, orang-orang bersarung, berpeci, dan berjilbab, berlalu-lalang di sekitar jalan raya. Bila lebaran tiba, kawasan Tebuireng dan sekitarnya menjadi sepi karena para santri/siswa pulang kampung (mudik). Ini membuktikan bahwa keberadaan santri/siswa merupakan faktor utama yang membuat semarak kehidupan di Tebuireng dan sekitarnya.
***
Dari uraian di muka, terlihat jelas bahwa Pesantren Tebuireng memiliki peran yang sangat signifikan, sejak awal berdirinya hingga sekarang. Peran itu dimulai dari perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI, perjuangan menyebarkan ajaran agama dan mencerdaskan kehidupan bangsa, pengembangan ekonomi masyarakat dan penguatan civil society. Banyaknya kader-kader terbaik bangsa yang lahir dari lembaga ini, juga merupakan bukti bahwa Pesantren Tebuireng tidak pernah lelah berjuang. Peran vital itu semakin dikukuhkan dengan keikutsertaan para pengasuh dan alumninya dalam percaturan politik nasional.
Dua orang tokohnya, Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Wahid Hasyim, bahkan mendapat gelar pahlawan nasional. Keduanya juga merupakan tokoh pendiri dan penerus perjuangan Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Salah seorang keturunan Kiai Hasyim, yaitu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pernah menjadi presiden keempat Republik Indonesia. Karena itu, tidak berlebihan kiranya bila sebagian masyarakat menyebut Tebuireng sebagai ”Pesantren Perjuangan”.
___________
[1] Versi lain yang menuturkan bahwa nama Tebuireng berawal dari pemberian nama oleh seorang punggawa kerajaan Majapahit yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sekitar dusun tersebut.
[2] Tanggal pendirian tratak ini dicatat sebagai awal berdirinya Pesantren Tebuireng.
[3] Konon, kedelapan orang santri itu dibawa oleh Kiai Hasyim dari pesantren Keras (asuhan Kiai Asy’ari).
[4] Metode sorogan diterapkan baik bagi santri pemula maupun bagi santri senior. Untuk santri pemula, dilakukan dengan cara maju satu persatu dan menyodorkan kitabnya masing-masing. Lantas gurunya membacakan salah satu kalimat dalam bahasa Arab, kemudian menerjemahkan dalam bahasa setempat dan menerangkan maksudnya. Santri yang mengaji diharuskan menyimak kitabnya sambil memberi tanda tertentu pada kalimat yang baru dibacakan. Metode sorogan untuk pemula ini biasanya dilaksanakan oleh santri senior pembantu Kiai, yang disebut qori’ atau badal. Sedang untuk santri senior, metode sorogan lazim diterapkan untuk pengajian yang bersifat khusus. Caranya, santri yang bersangkutan menghadap kiai sambil membawa kitab yang akan dibaca. Kiai hanya tinggal menyimak dan meluruskan bacaan yang salah, serta memberikan komentar bila diperlukan. Metode ini cukup efektif untuk memacu kemajuan santri dalam hal penguasaan kitab klasik.
Pondok Modern Darrusalam Gontor

Pondok Modern Darrusalam Gontor

Latar Belakang

Perjalanan panjang Pondok Modern Darussalam Gontor bermula pada abad ke-18. Pondok Tegalsari sebagai cikal bakal Pondok Modern Darussalam Gontor didirikan oleh Kyai Ageng Hasan Bashari. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di pondok ini. Saat pondok tersebut dipimpin oleh Kyai Khalifah, terdapat seorang santri yang sangat menonjol dalam berbagai bidang. Namanya Sulaiman Jamaluddin, putera Panghulu Jamaluddin dan cucu Pangeran Hadiraja, Sultan Kasepuhan Cirebon. Ia sangat dekat dengan Kyainya dan Kyai pun sayang padanya. Maka setelah santri Sultan Jamaluddin dirasa telah memperoleh ilmu yang cukup, ia dinikahkan dengan putri Kyai dan diberi kepercayaan untuk mendirikan pesantren sendiri di desa Gontor.

Gontor adalah sebuah tempat yang terletak lebih kurang 3 km sebelah timur Tegalsari dan 11 km ke arah tenggara dari kota Ponorogo. Pada saat itu, Gontor masih merupakan kawasan hutan yang belum banyak didatangi orang. Bahkan hutan ini dikenal sebagai tempat persembunyian para perampok, penjahat, penyamun bahkan pemabuk.
Dengan bekal awal 40 santri, Pondok Gontor yang didirikan oleh Kyai Sulaiman Jamaluddin ini terus berkembang dengan pesat, khususnya ketika dipimpin oleh putera beliau yang bernama Kyai Anom Besari. Ketika Kyai Anom Besari wafat, Pondok diteruskan oleh generasi ketiga dari pendiri Gontor Lama dengan pimpinan Kyai Santoso Anom Besari.
Setelah perjalanan panjang tersebut, tibalah masa bagi generasi keempat. Tiga dari tujuh putra-putri Kyai Santoso Anom Besari menuntut ilmu ke berbagai lembaga pendidikan dan pesantren, dan kemudian kembali ke Gontor untuk meningkatkan mutu pendidikan di Pondok Gontor. Mereka adalah;
  • KH. Ahmad Sahal (1901-1977)
  • KH. Zainuddin Fanani (1908-1967)
  • KH. Imam Zarkasyi (1910-1985)
Mereka memperbaharui sistem pendidikan di Gontor dan mendirikan Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal 20 September 1926 bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 1345, dalam peringatan Maulid Nabi. Pada saat itu, jenjang pendidikan dasar dimulai dengan nama Tarbiyatul Athfal. Kemudian, pada 19 Desember 1936 yang bertepatan dengan 5 Syawwal 1355, didirikanlah Kulliyatu-l-Muallimin al-Islamiyah, yang program pendidikannya diselenggarakan selama enam tahun, setingkat dengan jenjang pendidikan menengah.
Dalam perjalanannya, sebuah perguruan tinggi bernama Perguruan Tinggi Darussalam (PTD) didirikan pada 17 November 1963 yang bertepatan dengan 1 Rajab 1383. Nama PTD ini kemudian berganti menjadi Institut Pendidikan Darussalam (IPD), yang selanjutnya berganti menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID). Saat ini ISID memiliki tiga Fakultas: Fakultas Tarbiyah dengan jurusan Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Bahasa Arab, FakultasUshuluddin dengan jurusan Perbandingan Agama, dan Akidah dan Filsafat, dan Fakultas Syariah dengan jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum, dan jurusan Manajemen Lembaga Keuangan Islam. Sejak tahun 1996 ISID telah memiliki kampus sendiri di Demangan, Siman, Ponorogo.
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo saat ini dipimpin oleh:
KH. Dr. Abdullah Syukri Zarkasyi
KH. Hasan Abdullah Sahal
KH. Syamsul Hadi Abdan

BERIKUT ADALAH INFORMASI KONTAK PONPES GONTOR :

Kontak

Pondok Modern Darussalam Gontor Pusat
Gontor – Mlarak – Ponorogo – Jawa Timur – Indonesia 63472
Telepon dan Faksimile Sekretaris Pimpinan (0352) 311 766
Email sekpim@gontor.ac.id
Pengasuhan Santri (0352) 311 711/311 911/313 102
Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) (0352) 313 336
Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Pusat (0352) 311 586
Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern (YPPWPM) (0352) 311 738
Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM) (0352) 313 052
Suara Gontor (Suargo) FM (0352) 313 100
Wisma Darussalam (Wisda) Gontor (0352) 311 470
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 2
Madusari – Siman – Ponorogo – Jawa Timur – Indonesia 63471
Telepon (0352) 489 140/483 729/482 670/488 570
Pondok Modern Gontor Kampus 3 ‘Darul Ma’rifat’
Sumbercangkring – Gurah – Kediri – Jawa Timur – Indonesia 64181
Telepon (0354) 548 261/545 115/545 317
Email sekpeng3@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 1
Sambirejo – Mantingan – Ngawi – Jawa Timur – Indonesia 63257
Telepon (0351) 673 387/673 261/672 000/672 640/671 179
Email sekpengputri1@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 2
Sambirejo – Mantingan – Ngawi – Jawa Timur – Indonesia 63257
Telepon (0351) 673 263/673 256/672 646
Email sekpengputri2@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 3
Karangbanyu – Widodaren – Ngawi – Jawa Timur – Indonesia 63257
Telepon (0351) 673 520/673 732/673 519/673 523
Email sekpengputri3@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 4
Lamomea – Konda – Konawe Selatan – Sulawesi Tenggara – Indonesia 93874
Telepon (0401) 326 859/300 7647/300 8765
Email sekpengputri4@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 5
Bobosan – Kemiri- Kandangan – Kediri – Jawa Timur – Indonesia 64294
Telepon (0354) 326 859/706 7200
Faksimile (0354) 326 777
Email sekpengputri5@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 6 ‘Ittihadul Ummah’
Desa Tokorondo Kec. Poso Pesisir, Sulawesi Tengah
Email sekpengputri6@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 7
Rimba Panjang – Tambang – Kampar – Riau 28464
Email sekpengputri7@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 5 ‘Darul Muttaqien’
Kaligung – Rogojampi – Banyuwangi – Jawa Timur – Indonesia 68462
Telepon (0333) 632 546
Email sekpeng5@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 6 ‘Darul Qiyam’
Gadingsari – Mangunsari – Sawangan – Magelang – Jawa Tengah – Indonesia 56481
Telepon (082) 293 1291/(0293) 580 8641
Email sekpeng6@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 7 ‘Riyadhatul Mujahidin’
Pudahoa – Mowila – Konawe Selatan – Sulawesi Tenggara – Indonesia 93873
Telepon (0401) 329 574/(0411)402 330
Email sekpeng7@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 8
Labuhan Ratu 6 – Labuhan Ratu – Lampung Timur – Lampung – Indonesia 34196
Email sekpeng8@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 9
Kubu Panglima – Taji Malela – Kalianda – Lampung Selatan – Lampung – Indonesia 35551
Telepon (0727) 700 0230
Email sekpeng9@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 10 ‘Darul Amin’
Meunasah Baro – Seulimeum – Aceh Besar – Nangroe Aceh Darussalam – Indonesia 23951
Telepon (0742) 285 29
Email sekpeng10@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 11
Bubuh Limau, Mandi Mandi an, Ompang Talago Lawe, Sulit Air, Solok, Sumatera Barat.
Email sekpeng11@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 12
Parit Culum 1, Muara Sabak Barat, Tanjung Jabung Timur, Jambi
Email sekpeng12@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 13 ‘Ittihadul Ummah’
Desa Tokorondo Kec. Poso Pesisir, Sulawesi Tengah
Email sekpeng13@gontor.ac.id
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 14

PONDOK PESANTREN ISLAM USWATUN HASANAH PURWAKARTA

Keberhasilan Rasulullaah Saw., dalam membangun sebuah peradaban yang berpijak di atas fitrah manusia diawali dengan pendidikan. Melalui semangat wahyu pertama (iqra'), Rasulullaah saw., membaca diri, membaca keluarga, membaca masyarakat, dan membaca masa depan. Perlahan tapi pasti, beliau memimpin umatnya untuk memutarbalikkan fakta kehidupan Jahiliyah (krisis, bencana, amoral, egoisme, apatisme, dan 'ashobiyah) menjadi fakta kehidupan Islam (Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur).

Berangkat dari niat baik untuk memberikan manfaat pada umat, seorang al- Mukarom KH. Mohammad Fadli Soelaiman Syuja'i beserta saudara dan sahabatnya membentuk lembaga pendidikan Islam yang diberi nama Pondok Pesantren Islam Uswatun Hasanah.


KH. MF. Soelaiman Syuja'i selaku Pimpinan Ponpes Uswatun Hasanah Purwakarta

Kiprah dakwah melalui jalur pendidikan ini bermula dari dibentuknya Majelis Taklim Santika pada tahun 1985 yang diikuti oleh beberapa jama'ah pemuda dan pemudi setempat. Dengan berbekal keyakinan bahwa Islam memberikan jalan keluar dalam meletakkan fitrah manusia pada tiga poin, yaitu dengan jalan ishlahul aqidah, ibadah dan akhlak. Untuk mewujudkan tiga hal tersebut, perlu adanya bi'ah (lingkungan) dimana fitrah manusia dapat dengan mudah dimonitor dan dibentuk. Dan lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah yang dianggap mampu untuk memberikan bi'ah tersebut, insyaa Allaah.

Maka dakwah melalui jalur lembaga pendidikan mulai terfokuskan dengan resmi, sejak didirikan pondok pesantren yang dibangun di atas tanah wakaf dari seorang waqif Bapak H.Rd. Hasan Syuja'i Enoch pada tahun 1988. Lokasi tanah wakaf tersebut tepatnya di dusun Parungkored (yang kini berubah menjadi kampung Sukarata), Kelurahan Cipaisan -- Kabupaten Purwakarta, Jawa barat.


Program pendidikan formal pertama yang dibentuk adalah RA (Raudhatul Athfal) kemudian dilanjutkan dengan Madrasah Diniyah, dimana sistem pendidikan yang digunakan adalah sistem pendidikan/ kurikulum mandiri. Adapun kajian ilmiah yang diajarkan di Madrasah Diniyah diantaranya:

> Tafsir dan Hadist
> Fiqh, Kitab Safinatunnajah, Fathul Qorib, dan Fathul Mu'in
> Tauhid, kitab Tijanuddarory, Kifayatul 'Awam, dan Jauhar Tauhid
> Nahwu, kitab Jurumiyah, Mutammimah, dan Alfiyah.
> Shorof, Matan Bina dan Syarah Kaylani
> Manthiq, kitab Sulam Munawaroq
> Akhlak, kitab Minhajul 'Abidin, Nashoihul 'Ibad, dan Nashoihuddiniyyah.

Upaya pengurus Pondok Pesantren Islam Uswatun Hasanah dalam meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Indonesia khususnya pendidikan Islam tidak berhenti sampai disitu. Pada tahun 1996, bersamaan dengan kepulangan santri lulusan angkatan pertama yang berhasil mengembangkan ilmunya di luar kota, memberikan angin segar kepada PonPes Islam Uswatun Hasanah yang diantaranya menghantarkan perubahan sistem pendidikan pesantren yang tradisional menuju pesantren 'Ashriyah (Modern), yakni  menekankan pada program keguruan, dengan menggabungkan kurikulum mandiri untuk materi program kepasantrenan dan kurikulum Diknas untuk program non-kepasantrenan. Hingga akhirnya PonPes Islam Uswatun Hasanah dengan seizin Allaah mampu mengembangkan sayap, khususnya di bidang pendidikan yang hingga kini mendapat sambutan positif dari kalangan masyarakat.

 


Program pendidikan yang diselenggarakan hingga saat ini diantaranya adalah:
> Kuliyyatul Mu'allimin/ Mu'allimat al-Islamiyah (KMI/KMA) merupakan program pendidikan Intensif untuk lulusan SD/MI, berijazah Negara melalui Program Wajar Dikdas
> Takhossus (TKS) untuk lulusan SMP/Mts/sederajat.




Adapun lulusannya mendapatkan legalitas berupa ijazah Negara yang sederajat dengan SMA/MA dan ijazah pondok, yang bertujuan mendidik kader dakwah, cendikiawan Muslim serta pengajar agama yang memiliki Basthotan fi al-'ilmi wa al-Jismi.

kontak : 
PONDOK PESANTREN ISLAM
USWATUN HASANAH PURWAKARTA

Terdaftar di Kementrian Agama
Nomor Statistik 51.2.32.16.08.259

Alamat:
Jl. Jend. A. Yani Gg. Sukarata RT. 14/06, Kel. Cipaisan, Purwakarta 41113 - Jawa Barat
Contact Person: 
Dr. Azi (0813 8957 3471)
Back To Top