Embrio Pesantren Daarul Uluum
adalah majlis pengajian agama di sebuah mushalla kecil yang didirikan
oleh KH Elon Syujai di kampung halamannya, Bantarkemang, Bogor pada
sekitar tahun 1960. Perlahan-lahan, para santri yg belajar agama
kepadanya semakin bertambah banyak dari waktu ke waktu. Nama Mu’allim
Elon, demikian KH Elon Syujai sering dipanggil, semakin dikenal banyak
orang. Santri-santri dari luar daerah pun mulai banyak berdatangan untuk
turut belajar kepadanya.
Semakin
banyaknya santri dari luar daerah yang datang belajar mengharuskan KH
Elon Syujai menyiapkan tempat-tempat penampungan untuk mereka menginap.
Pada masa inilah asrama-asrama santri, walaupun masih sangat sederhana,
mulai dibangun secara gotong royong. Pada masa ini pulalah majlis
pengajian Mu’allim Elon ini mulai menampakan dirinya sebagai sebuah
lembaga pesantren yang sesungguhnya. Atas usul para santrinya, komunitas
pengajian ini kemudian diberi nama Pondok Pesantren Sukamanah.
Sukamanah, yang berarti tentram. Sukamanah adalah nama salah satu
pesantren di Tasikmalaya, tempat di mana KH Elon Syujai pernah menimba
ilmu.
Beberapa
tahun kemudian, Pesantren Sukamanah berubah nama menjadi Pondok
Pesantren As-Syuja’iyyah. Perubahan nama inipun dilakukan atas usul para
santrinya untuk mengokohkan posisi dan nama pendirinya, yaitu Elon
Syujai. As-Syuja’iyyah diambil dari Syuja’i yang berarti keberanian.
Pada
periode awal ini, Pondok Pesantren As-Syuja’iyyah lebih banyak
memfokuskan diri kepada pengajaran ilmu-ilmu keagamaan. KH Elon Syuja’i
menjadi guru utama yang waktunya nyaris habis selama 24 untuk mengajar
para santri. Namun, walaupun demikian, di sela-sela waktunya, KH Elon
Syujai masih menyempatkan diri mengurus dan mengembangkan beberapa unit
usaha komersial bersama beberapa sahabatnya. Di antara unit unit usaha
yang dikembangkannya adalah kerajinan kopiah dan pertanian.
Dalam
perkembangannya kemudian, semangat kewirausahaannya ini ditularkan
kepada santri-santrinya. Dengan demikian, selain mendalami ilmu-ilmu
keagamaan, para santri di Pondok Pesantren As-Syuja’iyah pun belajar
skill kewirausahaan dan sekaligus mempraktekkannya. Di sela-sela waktu
belajar, para santri sering kali dilibatkan dalam pengurusan usaha
kerajinan kopiah serta penggarapan lahan-lahan pertanian yang
dimilikinya.
Di
bidang pertanian, harapan KH Elon Syujai bahkan berkembang lebih jauh
lagi. Ia menginginkan pesantren yang diasuhnya dikembangkan menjadi
sebuah pesantren politeknik dengan konsentrasi agribisnis. Para lulusan
pesantrennya diharapkan menjadi orang-orang yang memiliki pengetahuan
agama yang dalam sekaligus memiliki skill dan keahlian yang memadai,
khususnya di bidang pertanian.
Untuk
memuluskan cita-citanya, KH Elon Syujai banyak bersahabat dan
bertukarpikiran dengan tokoh-tokoh IPB (Institut Pertanian Bogor) serta
para mahasiswanya. Tidak terkecuali beberapa tokoh LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) di sekitar Kota Bogor. Mereka banyak dilibatkan dalam
rencana pengembangan program pesantren politeknik ini.
Terlihat
di sini bahwa KH Elon Syujai adalah seorang ulama yang sangat terbuka
menerima ide-ide segar pengembangan pesantren dari siapapun juga.
Baginya, pesantren haruslah menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam
konprehensif. Di dalamnya, para santri tidak saja mendalami ilmu-ilmu
keagamaan, tetapi juga sains, teknologi, dan ketrampilan kemasyarakatan
yang memadai. Dialog-dialog intensif sangat sering dilakukan oleh KH
Elon Syujai sehingga pesantren yang dipimpinnya itu, tanpa disadari,
juga menjadi tempat berkumpulkan para tokoh dengan latar belakang yang
berbeda-beda.
Semua
visi KH Elon Syujai itu kemudian mengerucut ke dalam satu rencana besar
untuk mendirikan sebuah pesantren politeknik dengan konsentrasi
agrobisnis sebagaimana telah disebutkan di atas. Untuk memuluskan
rencananya itu, langkah awal yang dilakukan oleh KH Elon Syujai adalah
merubah nama Pesantren As-Syuja’iyah dan menata seluruh unsur
kelembagaan yang ada di dalamnya. Hal itu mulai dilakukan pada tahun
1971 saat pesantren yang dipimpinnya ini resmi berbadan hukum yayasan.
Nama Pesantrennya itupun secara resmi berubah menjadi Yayasan Pesantren
Ilmu-Ilmu Pertanian (YPIP) Daarul Uluum. Beberapa tokoh penting di kota
Bogor yang mendukung visi besarnya itu kemudian dilibatkan sebagai
pengurus-pengurus inti yayasan.
Nama As-Syuja’iyah
diganti menjadi Daarul Uluum karena beberapa pertimbangan: pertama,
untuk menghilangkan kesan terlalu mengkultuskan pribadi. Pesantren ini
adalah milik ummat Islam, bukan milik KH Elon Syujai secara pribadi
karena ia sudah mewakafkannya. Kedua, Daarul Uluum yang berarti rumah
pengetahuan lebih mewakili apa yang menjadi spirit dan visi KH Elon
Syujai sendiri.
Tidak
cukup sampai di situ, KH Elon Syujai bahkan meminta seorang insinyur
untuk membuatkan site plane rencana pendirian Kompleks Pesantren
Politeknik Daarul Uluum di atas tanahnya yang lain seluas 2 hektar.
Tanah tersebut merupakan hibah dari kakeknya, Uning, yang berjarak 2
kilometer dari lokasi pesantren yang sudah ada.
Sambil
menanti datangnya kesempatan yang baik untuk merealisasikan pesantren
politektik tersebut, KH Elon Syujai, bersama dengan menantunya, Drs.
Achmad Dimyati, melakukan perombakan kembali atas sistem pendidikan di
Daarul Uluum pada tahun 1983. Sistem dan kurikulum pendidikan yang
menjadi standar pemerintah mulai diterima dan masuk ke dalam sistem
pendidikan pesantren. Untuk diketahui, sebelum perubahan ini, Pesantren
Daarul Uluum masih menganut sistem pendidikan yang murni salaf. Santri
datang ke pondok hanya untuk tinggal dan belajar agama (ditambah
sesekali mengikuti pendidikan kewirausahaan). Kebanyakan santri
merangkap belajar di sekolah-sekolah formal, seperti SMP, SMA, MTs, MA,
STM, atau bahkan sambil kuliah di beberapa perguruan tinggi.
Sistem
pendidikan semacam tersebut di atas kemudian dirubah total. Kurikulum
sekolah-sekolah pemerintah (khususnya tingkat MTs dan MA) dipadukan
dengan kurikulum salaf yang sudah berjalan selama ini. Pendidikan Bahasa
Arab dan Bahasa Inggris ditonjolkan dengan cara mengadopsi pula
sebagian kurikulum pendidikan dari Pesantren Modern Daarussalam, Gontor,
Ponorogo, dan Pondok Pesantren Daar El-Qalam, Balaraja, Tangerang.
Guru-guru dari kedua pesantren tersebut banyak didatangkan untuk
membantu pengajaran Bahasa Arab dan Inggris.
Kurikulum
semacam tersebut di atas terus berlaku sampai saat ini, dengan beberapa
penajaman di berbagai sisi sesuai dengan perkembangan yang terjadi di
masa berikutnya. Sementara itu, gagasan pembangunan kompleks pesantren
politeknik masih belum menemukan jalannya sampai, akhirnya, KH Elon
Syujai wafat dan kepemimpinan pesantren berganti ke generasi berikutnya.
Wafatnya
KH Elon Syujai menimbulkan guncangan psikologis yang sangat besar,
tidak saja di kalangan pengurus dan penghuni pesantren, tetapi juga di
kalangan masyarakat secara umum. Keguncangan terjadi karena begitu
kuatnya pengaruh dan kharisma almarhum selama hidupnya di banyak sendi
kehidupan pesantren dan masyarakat. Situasi itu diperberat lagi dengan
menyusul wafatnya anak tertua KH Elon Syujai, Abdul Latif, setahun
kemudian. Penghuni dan masyarakat di sekitar pesantren seperti menjadi
seperti pohon besar yang tiba-tiba kehilangan akarnya.
Kelembagaan
pesantren baru kokoh kembali saat generasi kedua dan ketiga merapatkan
diri dan secara bersama melakukan reorientasi dan reformasi pesantren
agar apa yang menjadi cita-cita almarhum dapat terus diperjuangkan. Visi
dan arah perjalanan lembaga pun disegarkan dan dibangun kembali. Daarul
Uluum akan diarahkan ke depan untuk secara konsisten memerankan dirinya
sebagai pusat kegiatan pendidikan, kaderisasi, dan pemberdayaan
masyarakat, khususnya ummat Islam.
Di
bidang pendidikan, pesantren akan terus menyempurnakan sistem dan
kurikulum pendidikannya agar dapat melahirkan lulusan-lulusan yang
memiliki moralitas luhur (al-akhlâq al-karîmah) serta
memiliki skill dan ketrampilan yang cukup untuk dapat memberdayakan
diri dan masyarakatnya. Manusia-manusia yang bermoral luhur,
berpengetahuan luas, dan berskill baik (al-Insân al-Kâmil) hanya dapat
dibentuk dalam suatu sistem pendidikan nabawi yang sepenuhnya
bersandarkan kepada ajaran-ajaran luhur Islam.
Di
bidang pemberdayaan masyarakat, pesantren akan terus mereposisi
perannya agar masyarakat dapat merasakan langsung sentuhannya dalam
mengangka harkat dan martabat hidup mereka. Secara bertahap, pesantren
akan semakin memantapkan kelembagaan aksi-aksinya di bidang sosial,
ekonomi, politik, hukum, seni, dan budaya.
Saat
ini, unit kegiatan utama Yayasan Pesantren Daarul Uluum adalah program
pendidikan TKQ, TPQ, MTs dan MA Terpadu yang bertempat di Kampus 1 Bantarkemang Kota Bogor, TKQ, TPQ, SMP dan SMA Terpadu yang bertempat di Kampus 2 Nagrak Kabupaten Bogor, dan TKQ, TPQ, Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kampus 3 Cipinang Gading Kota Bogor.
0 Komentar untuk "Pondok Pesantren Daarul Ulum"